Ahad 23 Dec 2012 06:00 WIB

Kita dan Suku Maya Hadapi 'Kiamat Lingkungan' (2-Habis)

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Heri Ruslan
Lingkaran kalender kuno Suku Maya yang dibuat berdasar periode 394 tahun.
Lingkaran kalender kuno Suku Maya yang dibuat berdasar periode 394 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID,  GUATEMALA -- Tak ada kata terlambat bagi mereka yang ingin memperbaiki nasib. Pemerintah Guatemala mulai bekerjasama dengan kelompok-kelompok masyarakat sipil untuk mengembalikan tren kejayaan Suku Maya.

Pemerintah bekerjasama dengan the Association of Forest Communities of Petén (Acofop), juga dengan the Wildlife Conservation Society (WCS). "Dalam empat tahun terakhir, pemerintah mengembalikan 290 ribu ha wilayah Suku Maya yang diperjualbelikan secara ilegal oleh pihak yang tak bertanggungjawab," kata Direktur Program WCS untuk Amerika Latin dan Karibia, Julie Kunen, dikutip dari the Guardian, Ahad (23/12).

Pemerintah juga menyita 10 ribu ekor sapi yang dipelihara ilegal di wilayah ini. Kunen mengatakan untuk mencegah ancaman dimasa depan, pemerintah menetapkan 13 kawasan lindung baru.

Di sana, kata Kunen, pemerintah melakukan patroli dengan menggunakan jasa tentara, polisi, dan polisi hutan. Masyarakat Maya juga diajarkan sistem peringatan dini tentang kebakaran hutan, dan mencegah perburuan satwaliar ilegal.

Dampak positifnya, sejak 2008, deforestasi dan kebakaran hutan di Amerika Tengah menurun hingga 60 persen. Situs arkeologinya lebih terjaga, dan sistem pemanenan kayunya berkelanjutan. Masyarakat juga diajarkan berbisnis berbasis sumberdaya alam. Mereka juga mendapat pelayanan kesehatan dan pendidikan cukup.

Tingkat perburuan satwaliar ilegal turun drastis. Semua pihak ikut serta mengamankan masa depan Cagar Biosfir Maya. Keberhasilan ini menanamkan harapan baru untuk masa depan kawasan.

'Kiamat Lingkungan' ala Suku Maya dimasa lalu ini mengajarkan kepada kita bahwa ketiadaaan kepemimpinan yang kuat bisa mendatangkan bencana bagi masyarakat dan lingkungan dalam waktu singkat. Keterlibatan bersama antara pemerintah dan masyarakat sipil diperlukan untuk memastikan bahwa satu lanskap dunia baru yang lestari bisa kita wariskan untuk generasi mendatang.

Jika Indonesia tak menemukan kekuatan dalam sistem politik, ekonomi, dan sosialnya untuk mengatasi degradasi lingkungan saat ini, maka Indonesia bisa terseret keruntuhan serupa seperti yang dialami Suku Maya Kuno dimasa lalu. Meski demikian, kita harus bersyukur karena masih memiliki kesempatan untuk berjumpa dengan kalender baru dan memulai era global yang baru 2013 nanti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement