REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isu campuran daging sapi dan babi pada bakso membuat omzet pedagang turun hingga 50 persen.
Ketua umum asosiasi pedagang mie dan bakso Indonesia (Apmiso) Trisetyo Budiman mengatakan, akibat isu beredarnya daging campuran ini, omzet pedagang turun dari rata-rata Rp 300 ribu menjadi anya Rp 150 ribu per hari. Bahkan, kata Tri, beberapa pedagang bakso memutuskan untuk pulang kampung.
"Kalau di kampung, masih ada yang bisa dikerjakan," kata Tri, Kamis (20/12).
Ia mengatakan kerugian akibat daging oplosan ini sangat besar. Pihaknya dengan pemda kini rajin melakukan sidak di tingkat penggilingan daging. Beredarnya campuran daging sapi dan babi diduga dilakukan oleh oknum di tingkat penggilingan daging.
Ketua Bidang Ekspor Impor DPP Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (Aspidi) Asnawi mengatakan harga daging sapi yang mencapai Rp 90-100 ribu per kg membuat penggiling daging nekat mencampur dengan daging celeng yang harganya Rp 30-35 ribu per kg.
"Permasalahan itu ada di tempat penggilingan bakso," ujar Asnawi. Ia menambahkan, oknum dari penggilingan daging yang mencampurkan kedua jenis daging tersbut. Imbasnya, pedagang daging dan bakso yang menjadi korban.
Asnawi mengatakan daging babi dan sapi sangat sulit dibedakan. Menurutnya, daging babi itu berwarna sangat mirip dengan daging kerbau. Warnanya sangat mirip pula dengan daging sapi yang berasal dari Lampung dan Kupang. "Bobotnya pun beda tipis," katanya.