REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rahmad Budi Harto
Penggemar teori konspirasi dan ramalan kiamat saat ini pasti sedang patah hati. Tim arkeologi telah menemukan kalender tertua suku Maya di Guatemala, Amerika Tengah. Kalender itu jelas memuat penanggalan yang melampaui tahun 2012 dan selama ini banyak diyakini berbagai kalangan sebagai akhir dari sistem penanggalan Bangsa Maya sehingga muncul kepercayaan. Bahkan, Holly wood sampai membuat filmnya, pada 21 Desember tahun ini dunia bakal mengalami kiamat.
Sistem kalender Maya mempunyai siklus 400 tahun atau satu bakhtun. Selama ini arkeolog baru berhasil menemukan kalender Maya yang panjangnya 13 bakhtun yang berakhir pada 2012 sehingga memunculkan spekulasi bahwa itu akhir silus 13 bakhtun itu adalah akhir dunia, mengingat kepercayaan Maya bahwa pada setiap akhir siklus dunia akan mengalami pembaruan.
Namun, di sebuah ruangan yang mirip gua kecil di tengah belantara hutan Guatemala, para arkeolog yang disponsori National Geographic menemukan kalender Maya yang berisi 17 bakhtun. Itu pun masih banyak kalender lain yang belum terungkap.
Kalender itu ditemukan di sela-sela hiasan lukisan atau mural yang dibuat di dinding gua yang terletak di dekat reruntuhan sebuah kota kuno Maya. Penemuan itu berawal kala arkeolog dari Universitas Boston William Saturno bersama para mahasiswanya sedang memetakan kota kuno Maya Xultun, pada sebuah kompleks reruntuhan di hutan timur laut Guatemala pada 2010.
Lalu, salah satu mahasiswa meneliti sebuah parit yang diduga digali oleh para penjarah harta kuno, kemudian melihat adanya jejak lukisan kuno pada sebuah gua. Menurut Saturno dalam artikel di Jurnal Science yang diterbitkan pekan lalu, awalnya temuan pada Mei 2010 itu tak dianggap istimewa karena jejak lukisan itu jelas tak dalam kondisi baik dalam iklim hutan hujan tropis Guatemala, fasadnya tergerus erosi dan tertutupi tumbuhan.
Saturno menilai garis-garis berwarna merah dan hitam yang ditemukan muridnya itu tak bakal memberi banyak informasi. Namun, Saturno merasa bertanggung jawab untuk mempelajari ruangan gua yang tampaknya telah dicoba untuk dijarah itu, dengan tujuan menentukan seberapa luas strukturnya.
Ketika Saturno bersama mahasiswa program doktoral Franco Rossi menelusuri parit tua itu sampai ke dinding gua, mereka terkejut ketika akhirnya mendapati lukisan mural di dinding ruangan yang kondisinya sangat baik: seorang raja Maya yang duduk di singgasananya memakai mahkota merah dengan bulu-bulu berwarna biru di ke pa lanya. Ada figur lain dalam lukisan itu yang berdiri di belakang raja. Di tembok sebelahnya, ada tiga figur lain yang duduk memakai hiasan kepala dari bulu. Salah satunya mempunyai keterangan ‘’Saudara Tua Obsidian’’ atau ‘’Obsidian Senior’’ yang belum jelas artinya.
Di sebelah raja, ada figur sese orang yang dilukiskan dengan war ga oranye terang memakai kalung jade dan tangannya memegang stylus, yang diperkirakan merupakan seorang pencatat. Tokoh itu dijuluki ‘’Saudara Muda Obsidian’’ atau ‘’Obsidian Yunior.’’
‘’Ini lukisan yang tak pernah kita temukan di tempat lain,’’ kata Saturno kepada National Geographic News, pekan lalu. Mereka memper kirakan gua itu merupakan ruangan tempat para pencatat Maya bekerja untuk mendokumentasikan sejarah Xultun.
Mural ini memenuhi bagian barat dan utara dari dinding sebuah ruangan berukuran 2x2 meter. Nah, pada dinding bagian timur, seseorang rupanya telah melukis beberapa hieroglif kompleks berwarna merah dan hitam, yang disadari kemudian merupakan sebuah kalender.
Arkeolog menduga kalender itu ditambahkan setelah lukisan mural di dinding gua itu rampung, mengingat beberapa angka kalender me nutupi sebagian figur dalam mural. Dengan melihat adanya hieroglif dan lukisan mural raja, diperkirakan temuan itu berasal dari sekitar tahun 800 M.