REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden (Wapres) Boediono mengkritik para cendekiawan masih sebatas berwacana soal perbaikan bangsa. Bagi Boediono, terlebih Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) harus terjun riil dalam aksi perubahan bangsa.
Ketua Presidium ICMI, Nanat Fatah Natsir menilai, kritikan Wapres sangat menarik. Pasalnya, kritik itu bukan dilontarkan oleh politisi. Menurut Nanat, kritikan Wapres Boediono muncul karena melihat krisis yang terjadi di Eropa. Masalah yang saat ini terjadi di Eropa, kata dia, lebih disebabkan karena politisi tidak bisa mengambil keputusan.
Banyak masalah yang terlihat merupakan masalah kesejahteraan tapi justru menjadi masalah politik. Di Indonesia, kasus yang baru saja terjadi, misalnya masalah buruh dengan perusahaan. Menurut Nanat itu masalah kesepakatan politik. Persoalan kenaikan BBM juga lebih merupakan persoalan politik bukan ekonomi.
"Harus jadi pemikiran generasi muda atau para cendekiawan itu jangan alergi dengan politik," ungkap Nanat pada Republika, Selasa (18/12).
Nanat menambahkan, politik memang menjadi arah penentu perubahan. Sebab itu, cendekiawan jangan alergi dengan politik. Selain politik, kata Nanat, penentu perubahan lain yaitu pendidikan dan ekonomi. Namun, pendidikan dan ekonomi sifatnya sangat lambat. Paling cepat untuk melakukan perubahan adalah melalui politik. Terlebih, jika cendekiawan maupun generasi muda masih berkutat di kampus.
"Kalau hanya berada kampus saja itu namanya menara gading," tegas Nanat.
Nanat mengungkapkan, secara organisasi, ICMI tidak boleh terjun langsung ke ranah politik. ICMI akan tetap pada posisi dan fungsinya saat ini. Namun, bagi kader ICMI, sangat terbuka peluang untuk berpartai. Itu adalah hak individu kader ICMI.