Selasa 18 Dec 2012 16:29 WIB

KNKT: Tak Ada Kerusakan Pada Sistem Sukhoi

Sukhoi SuperJet 100, buatan Rusia
Foto: AP
Sukhoi SuperJet 100, buatan Rusia

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) tidak menemukan indikasi kerusakan pada sistem pesawat Sukhoi Superjet 100 yang jatuh di Gunung Salak, Jawa Barat, setelah mengunduh seluruh data dari kotak hitam (black box), kata Ketua Komisi Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi.

"Seluruh parameter berhasil di-'download' dan dari hasilnya, tidak ada indikasi kerusakan sistem pesawat selama penerbangan," kata Tatang Kurniadi, dalam konferensi pers mengenai hasil investigasi akhir kecelakaan pesawat Sukhoi SJ 100, di Jakarta, Selasa.

Menurut Tatang, pengunduhan serta pembacaan data melibatkan pihak dari Rusia di laboratorium milik KNKT. "Itu disaksikan ahli dari Rusia selaku produsen pesawat Sukhoi," katanya.

Ia mengatakan hasil simulasi yang dilakukan setelah kejadian diketahui bahwa, Terrain Awareness Warning System (TAWS) berfungsi dengan baik dan memberikan peringatan dengan benar.

"Simulasi juga menunjukkan bahwa benturan dapat dihindari jika dilakukan tindakan menghindar sampai dengan 24 detik setelah peringatan TAWS yang pertama," ujar dia.

Ia juga menjelaskan saat penerbangan promosi (demonstration flight) yang dilakukan Sukhoi Superjet100 pada 9 Mei 2012, terdapat tiga orang yang duduk di dalam kokpit.

"Ketiga orang tersebut adalah pilot in command (PIC) yang bertugas sebagai pilot yang mengemudikan pesawat, satu orang adalah pilot monitoring dan seorang wakil calon pembeli pada tempat duduk observer," katanya.

Calon pembeli tersebut, kata dia, bukanlah seorang pilot yang diijinkan berada di kokpit. Namun,itu hal yang wajar terutama saat penerbangan promosi. "Calon pembeli itu ingin tahu lebih lanjut tentang fitur pesawat yang ada," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Tim Investigasi in Charge KNKT Mardjono Siswosuwarno mengatakan ada pembicaraan antara pilot dan pihak calon pembeli pesawat yang dianggap sebagai gangguan dalam komunikasi.

"Ada obrolan pilot dengan pihak pembeli selama 38 detik yang merupakan distraksi atau pengalihan dari fokus perhatian," katanya.

Percakapan tersebut, lanjutnya, ditemukan di dalam Cockpit Voice Recorder (CVR) yang berdurasi dua jam rekaman dengan kualitas yang baik.

Hal itu menyebabkan pilot menerbangkan pesawat tidak segera mengubah arah ketika pesawat keluar dari orbit tanpa disengaja.

sumber : antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement