REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR-- Kunjungan singkat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Malaysia pada 18 - 19 Desember dianggap tepat. Penilaian itu terkait hubungna kedua negara eberapa bulan terakhir sering berada dalam posisi panas dengan berbagai permasalahan.
"Kunjungan ke Malaysia untuk menghadiri konsultasi tahunan ke 9 dimana Malaysia bertindak sebagai tuan rumah ini merupakan suatu kunjungan yang tepat," kata Ketua Badan Perwakilan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Malaysia, Sagir Alva di Kuala Lumpur, Senin.
Ia mencontohkan sejumlah permasalahan yang timbul seperti kasus penembakan TKI, pemerkosaan TKW, pemukulan supporter Indonesia dan terakhir permasalahan terkait penghinaan mantan Presiden RI ke 3 Habibie.
Sagir berharap kedatangan Presiden Yudhoyono kali ini dapat membawa ketenangan pada hubungan kedua negara yang bertetangga ini.
"Semoga dalam ertemuan empat mata antara Presiden Yudhoyono dan PM Najib dapat menghasilkan suatu penyelesaian yang berkaitan dengan perlindungan TKI dan WNI secara lebih baik dan signifikan, masalah perbatasan, investasi kedua negara, visa pelajar yang hingga sekarang masih belum selesai," ungkap dia.
Selain itu, pertemuan ini juga dapat menghidupkan kembali joint committee (JC) Indonesia-Malaysia. Hal ini penting, karena joint committee ini dapat digunakan sebagai task force yang bertugas untuk membahas dan menyelesaikan isu-isu yang berpotensi merusak hubungan kedua negera.
JC ini dapat diisi oleh beberapa anggota dari pemerintahan, NGO serta unsur pemuda dari kedua-dua negara. Dengan adanya JC ini, maka setiap hal yang berpotensi merusak dan mengganggu hubungan bilateral kedua-dua negara dapat diatasi secara lebih dini.