REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Koordinator Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza (flu burung), atau Local Disease Control Center (LDCC) Dinas Pertanian Daerah Istimewa Yogyakarta, Tri Wahono memastikan masih ada unggas yang mati karena Flu Burung tetapi tidak dilaporkan.
''Saya yakin di kabupaten Sleman masih ada kasus Flu Burung. Saya tidak akan menutup-nutupi kalau ada kasus Flu Burung. Daripada kalau ditutupi malah meledak, nanti pengendaliannya akan sulit,''kata dia.
Apabila ada kasus penyakit menular baik pada hewan maupun manusia, Tri akan memanfaatkan jejaring komunikasi desa untuk mendapatkan informasi secara cepat. Jejaring tersebut dibentuk sejak tahun 2007.
Saat ini, ujar Tri, ada sekitar 2700 anggota jejaring komunikasi desa.Mereka kalau mendapatkan informasi tentang penyakit menular tersebut dengan menghubungi PDSR (Partisipatory Distric Surveillance Respons).
Anggota jejaring tersebut merupakan sukarela dan tidak ada dana untuk mereka. ''Jadi mereka merupakan anggota masyarakat yang peduli dengan wilayahnya. Supaya apabila ada kasus penyakit menular segera bisa segera diantisipasi dan dikendalikan,''tutur Tri kepada Republika, Senin (17/12).
Bupati Sleman, Sri Purnomo masih enggan menetapkan kondisi Kabupaten Sleman dengan status Kejadian Luar Biasa. Pasalnya, pasien meninggal akibat terinfeksi flu burung, di Prambanan empat bulan lalu belum dapat dipastikan dimana lokasi tertular.
''Makanya ketika dilakukan penyelidikan di lokasi tempat tinggal pasien yang positif tidak ada unggas yang mati. Masak kita akan mengeluarkan KLB Flu Burung,''kata Sri Purnomo kepada Republika, di Kepatihan Yogyakarta, Senin (17/12).
Meski demikian, pihaknya selalu memberikan pengarahan kepada masyarakat apabila ada unggas yang mati. ''Kita selalu memberikan pendampingan dan sosialisasi kepada masyarakat,''jelas Bupati. Langkah untuk pengendalian Flu Burung akan menggunakan prosedur yang selama ini dilaksanakan.