Ahad 16 Dec 2012 20:43 WIB

Ponpes se-Indonesia Kumpul Bahas Reposisi Pesantren

Rep: Agus Raharjo/ Red: Dewi Mardiani
Adhyaksa Dault
Adhyaksa Dault

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Perwakilan pondok pesantren se-Indonesia berkumpul di Depok untuk membahas masa depan pesantren di Indonesia. Hal itu sebagai jawaban atas upaya pencitraan negatif pesantren yang terus terjadi di Tanah Air.

Sedikitnya, 250 perwakilan pondok pesantren se-Indonesia hadir dalam Simposium Nasional di Golf Hotel, Depok, 16-18 Desember 2012. Simposium ini dibuka oleh Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia, Hatta Rajasa.

Ketua Aspirasi Indonesia, Adhyaksa Dault, mengatakan dari simposium ini harapannya muncul penyelesaian dari masalah yang diderita pesantren di Indonesia. Persoalan yang masih melekat di tubuh pesantren antara lain, labelisasi stigma negatif pesantren, seperti sarang teroris serta kriminalisasi pesantren.

Pesantren juga menghadapi ketidakjelasan sistem pemerintahan Indonesia. Salah satu contoh masalah itu adalah rencana dicabutnya Mu'adalah (kesetaraan) pesantren dengan sistem pendidikan. Namun, hal itu tidak terjadi.

Menurut Adhyaksa, pesantren harus bergerak untuk mengarah langsung pada pembuat kebijakan. Pesantren harus mampu membangun saluran dengan pemerintah dan DPR untuk memerjuangkan masa depan pesantren sendiri. Menurutnya, sosok Kiai harus mengambil peran dalam kepemimpinan bangsa Indonesia.

"Kita pernah dipimpin oleh Kiai (Abdurrahman Wahid), kapan lagi sosok Kiai muncul menjadi pemimpin?" ungkap Adhyaksa membuka Simposium Pesantren, Ahad (16/12).

Dia menambahkan, semua jawaban dari permasalahan pesantren hanya dapat ditemukan jawabannya oleh pesantren sendiri. Sebab itu, Simposium Nasional ini hanya upaya agregasi mengumpulkan masukan dan ide dari semua pesantren se-Indonesia. Semua masukan dari perwakilan pesantren dikumpulkan untuk mereposisi pesantren di Indonesia.

Reposisi pesantren ini sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kejayaan pesantren. Sebab, umur pesantren lebih tua dari umur Republik Indonesia. Pesantren mampu bertahan dalam kondisi apapun. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Hatta Rajasa mengungkapkan, reposisi pesantren harus dilalui dengan transformasi pesantren sendiri. Pesantren bukan hanya menjadi sekadar contoh pemurnian agama Islam, tapi juga harus menjadi contoh tingginya peradaban Islam. "Saya yakin pesantren mampu bertahan dengan semua tantangan zaman," ungkap Hatta.

Pasalnya, tambah Hatta, pesantren menjadi pusat tumbuhnya peradaban Islam. Juga sebagai pusat pembelajaran kehidupan paling lengkap. Menurut Hatta, pesantren harus segera memercepat inovasi dan segera menyiapkan reposisi untuk menghasilkan manusia yang unggul guna memerbaiki Bangsa Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement