REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jawa Barat suhu politik mulai memanas. Para calon gubernur (Cagub) dan calon wakil gubernur (Cawagub) mulai berupaya menarik dukungan dari masyarakat dengan berbagai cara.
Salah satunya adalah dengan mengenalkan diri melalui atribut-atribut kampanye yang dipasang di berbagai tempat. Baligo, banner, spanduk, stiker, dan berbagai macam atribut bergambar pasangan cagub dan cawagub mulai mudah ditemui di mana pun di Jawa Barat.
Atribut itu kadang dipasang di pohon, di tembok, di sepanjang jalan raya, baik di tempat yang diizinkan maupun tidak. Pemasangan atribut kampanye di pohon sering kali menjadi perhatian para peneliti karena paku yang ditancapkan pada pohon dapat membuat pohon tersebut sakit.
Guru Besar Entomologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Prof. Dodi Nandika sempat menyatakan bahwa 86 persen pohon yang ada di Kota Bogor, Jawa Barat dalam kondisi sakit.
"Yang salah satu faktor utama penyebabnya adalah penancapan paku di pohon yang melukai strukturnya sehingga memudahkan bakteri dan virus masuk ke jaringan,"
ujar Dodi beberapa waktu lalu.
Dihadapkan pada hal tersebut, Dede bersyukur karena darinya tidak pernah memberi intruksi membuat atribut kampanye sejenis banner yang dipasang di pohon.
"Saya selalu mengintruksikan untuk membuat atribut kampanye yang sekaligus besar seperti baligo dan billboard sekalian," ujarnya seusai acara Deklarasi Macan Pakuan Bogor di Baranang Siang, Bogor, Ahad (16/12).
Namun, ia berkomitmen akan mengintruksikan kepada tim-tim kampanyenya untuk tidak memasang di sembarang tempat dan memasang di pohon-pohon publik. "Saya berkomitmen untuk menginstruksikan hal itu, dan jika ada yang seperti itu harap saya dikasih tau saja," ujarnya.
Hal ini, diharapkan dilakukan oleh semua pasangan cagub dan cawagub untuk berkomitmen menjaga kelestarian alam dari hal yang kecil. Karena, pohon-pohon sakit yang berada di area publik bisa saja membahayakan masyarakat sekitarnya.