REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah masih sulit memastikan pengurangan beban subsidi untuk bahan bakar minyak bersubsidi.
Menteri Keuangan, Agus DW Martowardojo memastikan harga BBM bersubsidi tidak naik sampai akhir tahun. Namun, dia tidak menjamin harga BBM masih tetap sama hingga tahun depan.
""Untuk tahun depan, saya belum bisa jawab, " tegas dia, di Jakarta, Rabu (12/12).
Agus mengaku ada berbagai pihak yang meminta subsidi BBM dikendalikan. Hal itu karena kenaikan harga tarif dasar listrik 15 persen bisa menghemat Rp11,8 triliun.
"Pembahasan sedang berjalan di masyarakat, tapi kita belum berencana untuk melakukan perubahan harga BBM bersubsidi, " ungkap dia.
Sejumlah pihak, katanya, menilai alokasi subsidi BBM yang mencapai Rp200 triliun lebih baik dialihkan ke pembangunan transportasi publik dan infrastruktur yang lain.
Harga BBM yang rendah juga membuah energi alternatif tidak bisa dikembangkan. "Subsidi besar betul tapi akan dikelola, " ujarnya,
Isu kenaikan harga BBM dinilai merupakan respon dari pihak di beberapa tempat dimana BBM terbatas. Keterbatasan ini karena penggunaannya untuk spekulasi. Namun, Agus mengaku pihaknya akan mengendalikan jumlah BBM subsidi ini.
Menurutnya, jebolnya kuota BBM bersubsidi yang harus ditambah 1,2 juta kiloliter membuat nilai subsidi membengkak. Sehingga, negara pun harus dibebankan hingga mencapai Rp230 triliun, dari semula hanya Rp 137 triliun.
Meski demikian, Agus belum mau mengungkap rencana pemerintah untuk mengendalikan subsidi BBM tersebut. Menurutnya, langkah pengendalian BBM bersubsidi telah membuat inflasi. Ditanya terkait rencana kenaikan harga BBM tahun depan, Agus masih enggan menjawab.