Selasa 11 Dec 2012 14:06 WIB

Drajad: Bahasa untuk Habibie Terlalu Kasar

Rep: Mansyur faqih/ Red: Karta Raharja Ucu
Presiden ketiga RI, BJ Habibie.
Foto: Antara/Agus Bebeng
Presiden ketiga RI, BJ Habibie.

REPUBLIKA.CO.ID, NUNUKAN -- Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Drajad Wibowo menilai bahasa yang digunakan Menteri Penerangan Malaysia, Tan Sri Zainuddin Maidin kepada Presiden ketiga RI, BJ Habibie terlalu kasar.

Ia menyebutnya pernyataan Zainuddin sangat tidak menghargai etika antarbangsa. ''Biar bagaimanapun, Prof Habibie adalah mantan kepala negara. Kalau Zainudin menyerang Anwar (mantan deputi perdana menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim), itu urusan dalam negeri mereka,'' katanya kepada wartawan, Selasa (11/12).

Sebelumnya, Zainuddin menuding Habibie sebagai pengkhianat bangsa, lantaran semasa menjabat Presiden RI, Indonesia harus kehilangan Timor Timur (sekarang Timor Leste). Bahkan, Zainuddin menyebut The Dog of Imperialism dan lengsernya Habibie yang merupakan pemerintahan tersingkat dan jatuh dalam kehinaan. (baca: Menteri Malaysia: Habibie Pengkhianat Indonesia!).

Menurut Drajad, sebaiknya Kementerian Luar Negeri meminta kejelasan sikap Pemerintah Malaysia terhadap tulisan Zainuddin tersebut. Karena, bagaimana pun dia merupakan anggota UMNO sebagai partai yang berkuasa.

Namun, Drajad mengakui ia bukan penggemar mantan Presiden Habibie. Bahkan sejak dulu tidak pernah mau bergabung di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) ketika Habibie sedang jaya-jayanya.

''Saya juga menganggapnya sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap liberalisasi perbankan Indonesia, melalui UU No 10 tahun 1998 ttg perbankan,'' ujar dia.

Bahkan, masih kata Drajad, penjelasan UU tersebut secara eksplisit menyebut liberalisasi. Akibatnya perbankan nasional saat ini dikuasai asing.

''Timtim hanya satu di antara sekian banyak kesalahan pemerintahan Habibie. Tapi tetap saja saya tidak terima kalau mantan kepala negara kita diejek orang Malaysia sebagai anjing,'' tutur Drajad mengakhiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement