Selasa 11 Dec 2012 14:01 WIB

Tak Punya Biaya Operasi, Balita Ini Hidup dengan Benjolan Usus Terburai

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID,  Sekilas, tak ada yang berbeda pada sosok balita bernama Fadli Juliansyah (1,5 tahun). Putra pasangan Muhadi dan Sukaesih itu terlihat lincah dan sehat seperti layaknya balita-balita lain seusianya.

Dia pun selalu bermain ceria di sekitar rumahnya di Jalan Siliwangi Gang Macan Tutul, RT 03 RW 02 Kelurahan Paoman Kecamatan/Kabupaten Indramayu.

 

Namun, dibalik keceriaannya itu, Fadli ternyata menyimpan penderitaan yang akan membuat miris siapapun yang mengetahuinya. Betapa tidak, bocah lelaki itu memiliki usus yang terburai keluar. Akibatnya, setiap kali makan, maka kotoran akan langsung keluar dari usus yang ada di sebelah kiri pusarnya tersebut.

Bila kotoran sudah keluar dari ususnya, maka sang ibu dengan sabar akan membersihkannya. Tak berhenti sampai disitu, setelah kotoran dibersihkan, maka dari ujung usus yang terburai tersebut akan keluarlah japah (semacam darah).

 

Penderitaan itu tak hanya sehari atau dua hari dialami oleh Fadly, melainkan setiap hari sejak setengah tahun lalu. Kini, ujung usus yang terburai itu tampak membengkak dan berwarna kemerahan. Bocah malang itupun selalu merasa gatal setiap kali buang air besar.

 

Sukaesih menuturkan, putranya itu terlahir dalam kondisi normal dengan berat badan 3 kg.  Namun, ketika berusia delapan bulan, Fadly buang air besar dengan mengeluarkan darah dari anusnya.  Karena khawatir, Fadly pun dibawa ke bidan setempat dan diberi obat. Namun, kondisi Fadly tak kunjung membaik, bahkan suhu badannya menjadi panas.

 

Dengan berbekal surat keterangan tidak mampu (SKTM), Fadli pun dirujuk ke RSUD Gunung Djati Cirebon. Berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, Fadli didiagnosa mengalami usus yang terpelintir. Usus kecil Fadli masuk ke usus besarnya. Hal itu diperkirakan karena Fadly mengalami salah urut (pijat).

 

‘’Saya memang sering membawa Fadly ke tukang urut, maksudnya supaya dia tumbuh sehat,’’ tutur Sukaesih.

 

Untuk mengembalikan kondisi Fadly, dokter pun melakukan tindakan operasi tahap pertama berupa pemotongan usus. Semula, pihak keluarga berharap SKTM bisa meringankan beban biaya operasi. Namun ternyata, SKTM tersebut tak bisa menolong. Karenanya, biaya operasi dan perawatan Fadly selama 15 hari di rumah sakit sebesar Rp 17 juta, harus ditanggung sendiri oleh keluarga. Dengan penghasilan sebagai nelayan tradisional yang pas-pasan, ayah Fadly harus berutang kesana-kemari.

 

‘’Untuk makan saja pas-pasan, rumah pun saya masih numpang di rumah orang tua,’’ tutur ibu rumah tangga itu.

 

Selesai operasi, bukan berarti selesai pula penderitaan yang dialami Fadly. Setelah tiga bulan menjalani operasi pemotongan usus, maka harus ada tindakan penyambungan usus kembali. Namun, keluarga kecil yang sangat sederhana itu tidak memiliki biaya.

 

‘’Harta saya satu-satunya cuma rumah ini,’’ ujar nenek Fadly, Wa Naah, sambil berurai air mata menyaksikan penderitaan cucunya.

 

Sukaesih menambahkan, sangat berharap ada uluran tangan dari siapapun untuk menyembuhkan Fadly. Dia ingin anaknya dapat tumbuh normal dan sehat seperti anak-anak lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement