Senin 10 Dec 2012 16:32 WIB

PSC Migas Lebih Untungkan Pemerintah?

Ladang migas
Foto: Yudhi Mahatma/Antara
Ladang migas

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sektor migas membutuhkan investasi yang besar dan berisiko. Sehingga penerapan kontrak dengan sistem Production Sharing Contract (PSC) dinilai sebagai solusi untuk menghindari risiko bila eksplorasi tidak berhasil, kata Anggota Komisi VII DPR Satya Yudha.

"PSC bisa diterapkan di Indonesia, karena risiko pemerintah hampir tidak ada saat eksplorasi pertama. Selanjutnya jika eksplorasi mendapatkan minyak dan gas, baru dihitung," kata Satya usai Seminar Nasional bertajuk "Energi Outlook 2013" di Auditorium Adhyana, Wisma Antara, Jakarta, Senin.

Menurut dia, bila hasil eksplorasi tidak mendapatkan hasil (dry hole), maka keseluruhan biaya yang dikeluarkan ditanggung kontraktor.

Sementara untuk penggantian dana yang telah dikeluarkan bila eksplorasi berhasil, pemerintah akan membayar pihak kontraktor dari penjualan jatah barel pemerintah. Dengan demikian tidak ada dana APBN yang dikeluarkan pemerintah di awal eksplorasi.

Namun, pelaksanaan kontrak migas dengan konsep ini, diakuinya memiliki kelemahan yakni jatah penerimaan negara yang berkurang.

Untuk tahun 2013, Komisi VII DPR telah menyiapkan dana sebesar 15,2 miliar dolar AS yang berupa jatah barel migas untuk membayar kontraktor yang berhasil melakukan eksplorasi.

"Di 2013 kami sudah disiapkan anggaran sebesar 15,2 miliar dolar AS untuk cost recovery tapi bukan dalam bentuk uang tapi dalam bentuk produksi barel minyak yang dihasilkan," katanya.

Menurut dia, kedaulatan Indonesia dalam penguasaan migas sangat memprihatinkan. Saat ini porsi operator migas nasional hanya sekitar 25 persen, sedangkan 75 persen dikuasai asing.

Dari 225 blok migas yang dikelola kontraktor kontrak kerja sama dengan Pertamina, sebanyak 120 blok dioperasikan perusahaan asing. Hanya 28 blok yang dioperasikan oleh perusahaan nasional serta 77 blok dioperasikan oleh gabungan perusahaan lokal dan asing dimana perusahaan patungan tersebut, porsi asingnya cukup besar.

Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2009, Pertamina hanya memproduksi 13,8 persen dari total produksi minyak Indonesia. Diperkirakan hasil dominasi asing atas migas di Indonesia mencapai 1.655 miliar dolar AS atau Rp 14,3 ribu triliun per tahun.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement