Ahad 09 Dec 2012 20:10 WIB

Warga Syiah Sampang Desak Pemkab Bangun Tempat Permanen

  Personel Brimob mengawal sejumlah perempuan dan anak-anak, ketika berlangsungnya evakuasi dari tempat persembunyian mereka, di Desa Karanggayam dan Desa Bluuran, Sampang, Jatim, Senin (27/8). (Saiful Bahri/Antara)
Personel Brimob mengawal sejumlah perempuan dan anak-anak, ketika berlangsungnya evakuasi dari tempat persembunyian mereka, di Desa Karanggayam dan Desa Bluuran, Sampang, Jatim, Senin (27/8). (Saiful Bahri/Antara)

REPUBLIKA.CO.ID, SAMPANG -- Warga Syiah korban tragedi kemanusian yang kini tinggal di lokasi pengungsian di gedung olah raga Wijaya Kusuma Sampang, meminta agar pemkab setempat memperhatian permintaan Komnasham untuk membangunkan fasilitas permanen.

"Kami berharap pemkab Sampang dan Pemprov Jatim memperhatikan permintaan Komnasham membangunkan tempat permanen bagi kami. Karena kami sudah tidak memiliki apa-apa lagi, setelah rumah kami dibakar dan harta benda kami dirampas," kata ketua kelompok Islam Syiah di Sampang Iklil Almilal, Ahad (9/12).

Iklil menuturkan selama ini dirinya bersama ratusan pengikut aliran Islam Syiah hidup dalam serba ketidakpastian dan belas kasihan orang lain.

Untuk kembali ke kampung halamannya di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben dan Desa Bluuran, Kecamatan Karangpenang, juga tidak mungkin, karena mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal. Kalaupun ada warga Syiah yang masih memiliki tempat tinggal, hingga kini juga belum ada jaminan keamanan dari petugas kepolisian.

"Kalau ada sekalipun, kami belum sepenuhnya yakin, ketika mengaca pada pengalaman-pengalaman sebelumnya," katanya menjelaskan.

Ia menuturkan, saat aksi penyerangan pertama terjadi, kelompok minuritas Islam Syiah di dua desa ini dijamin akan dijaga keamanannya, dan mereka berhak melaksana ibadah sesuai dengan keyanan dalam aliran Islam itu.

Namun, faktanya, Syiah kembali diserang dan rumah-rumah pengikut aliran ini dibakar tanpa alasan yang jelas. Sebagian di antara kelompok penyerang tersebut beralasan, karena Syiah merupakan aliran Islam sesat.

Sebanyak 47 unit rumah pengikut aliran ini ludes dibakar kelompok penyerang, satu orang tewas dan beberapa orang lainnya luka-luka.

Polisi sendiri telah menangkap sebanyak tujuh orang pelaku dalam kasus tragedi kemanusiaan di Sampang, Madura, itu. Satu diantanya saudara kandung pimpinan aliran itu bernama Roisul Hukama.

Aksi penyerangan terhadap kelompok Islam Syiah di Sampang, Madura ini bermula, saat beberapa anak-anak rombongan Syiah hendak mondok di salah satu pondok pesantren di Jawa.

Rombongan mereka itu dicegat oleh sekelompok warga bersepeda motor dan kelompok ini meminta agar mereka menggagalkan rencananya, karena khawatir pengikut aliran ini kian banyak.

Upaya yang dilakukan kelompok penyerang ini tidak berhenti sampai disitu saja, akan tetapi mereka juga langsung melakukan penyerangan ke rumah-rumah warga di dua desa pengkikut aliran Ahlulbait itu.

Aksi penyerangan kelompok Islam Syiah ini terjadi pada tanggal 26 Agustus 2012. Sebanyak 200 orang lebih kini terpaksa hidup di lokasi pengungsian, akibat musibah itu.

Sebelumnya pada akhir Desember 2011, aksi penyerangan oleh sekelompok orang yang diduga dari kelompok Islam Sunni juga menimpa kelompok minoritas Muslim tersebut.

Ketika itu, pesantren Misbahul Huda Pimpinan Ustad Tajul Muluk, berikut rumah, mushalla dan madrasahnya juga diserang sekelompok massa tak dikenal.

Kompleks pesantren dibakar, tiga rumah dibakar, dan harta benda dijarah dengan total kerugian sekitar Rp 700 juta. Sebanyak 335 jiwa yang terdiri dari 107 anak-anak dan 228 orang dewasa dan lanjut usia terpaksa mengungsi.

Jumlah pelaku perusakan ketika itu mencapai puluhan orang, namun yang ditangkap polisi dan diproses hukum hingga ke Pengadilan Negeri hanya satu orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement