REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian perdagangan akan memberikan masukan terkait kebutuhan daging nasional pada 2013. Plt Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, mengatakan masih ada beberapa hal yang perlu disesuaikan terkait kebutuhan daging pada tahun depan. Masukan ini, akan dibicarakan dalam rapat Senin (10/12).
Sebelumnya, pada rapat kordinasi pangan di Kementerian Koordinator Ekonomi pekan lalu sudah diputuskan Indonesia akan mengimpor 80 ribu ton daging pada tahun depan. Kuota ini dibagi dalam 30 ribu ton daging beku. Sisanya, 48 ribu ton akan diimpor dalam bentuk sapi bakalan atau setara 276 ribu ekor sapi.
Bachrul mengatakan, faktor kedatangan turis sebanyak delapan juta per tahun dan 125 ribu ekspatriat yang tinggal di Indonesia perlu dipertimbangkan kebutuhan dagingnya. Kedua golongan ini belum terpotret dalam survei sosial ekonomi nasional sehingga belum menjadi masukan saat rapat kordinasi pangan pekan lalu. “Kalau bisa dilakukan adjustment (penyesuaiana). Banyak faktor yang mesti dirembugkan,” ujar Bachrul, Jumat (7/12).
Dia menurutkan kebutuhan daging para turis yang datang ke Indonesia perlu diperhatikan. Mereka, kata Bachrul membutuhkan daging dalam jumlah yang berbeda dengan masyarakat Indonesia. Secara umum, konsumsi orang asing rata-rata delapan kilogram (kg). Sementara, konsumsi masyarakat Indonesia terhitung sekitar dua kg.
Bachrul mengatakan pemerintah akan mengambil langkah untuk menyesuaikan kebutuhan turis dan ekspatriat ini. Menurutnya, kebutuhan mereka bisa disuplai dari dalam negeri.
Tahun lalu, kenaikan harga daging sapi rata-rata 5,8 persen. Tahun ini, kenaikan harga daging bisa mencapai 13 persen. Pemerintah, kata Bachrul akan berkonsesntrasi untuk mengantisipasi kenaikan harga lebih banyak lagi.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan harga daging sapi masih cenderung naik. Menurutnya, persediaan dan permintaan daging masih perlu diperhatikan ulang. Gita mengatakan ada kemungkinan kuota impor 80 ribu ton kurang untuk memenuhi kebutuhan tahun 2013. “Setelah kita kaji ulang, analisa kita sepertinya agak berbeda karena ada data-data baru yang masuk,” ujar Gita, kemarin.