Jumat 07 Dec 2012 08:50 WIB

Bupati Aceng Ungkap Masalah Pribadi di Depan Pansus

Rep: Djoko Suceno/ Red: A.Syalaby Ichsan
Bupati Garut Aceng HM Fikri
Foto: Antara
Bupati Garut Aceng HM Fikri

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT—Pertemuan tertutup antara Panitia Khusus (Pansus) Dugaan Pelanggaran Etika dan Perundang-Undangan yang dilakukan Bupati Garut, Aceng Fikri, akhirnya digelar Kamis (6/12) malam di kantor Badan koordinasi wilayah (Bakorwil) Priangan. 

Pertemuan berlangsung di aula Bakorwil Priangan mulai pukul 20.00 hingga pukul 22.00 WIB. Dalam pertemuan tersebut hadir sekitar 20 orang, antara lain dari unsur Pansus, Bakorwil, dan Kemendagri.  Aceng duduk di kursi depan dan menghadap para  peserta pertemuan.

Aceng yang mengenakan batik warna coklat dan berkopiah tersebut lebih banyak berbicara menyampaikan masalah yang membelitnya. Awalnya wajah Aceng terlihat tegang, namun setelah berjalan beberapa menit ia mulai terlihat tenang.

Menurut Ketua Pansus, Asep Lesmana, pertemuan tersebut bupati Garut sangat komunikatif. Hampir sebagian besar apa yang disampaikan bupati, imbuh dia, merupakan persoalan pribadi. Karena itu ia enggan mengungkapkan apa saja yang disampaikan bupati dalm pertemuan tersebut.

"’Yang diungkapkan dalam pertemuan tersebut menyangkut masalah pribadi. Saya tak bisa mengungkapkannya karena itu sangat pribadi sekali,’’ujar dia.

Republika yang mencoba mendengar isi pembicaraan pertemuan melalui celah jendela, mendengarkan penuturan bupati ihwal pernikahan sirinya dengan Fani Oktora.

Menurut Aceng,  pernikahannya dengan Fani yang hanya bertahan empat hari itu berawal dari kondisi hubungan ia dengan istri pertamanya mengalami kendala.

Sebagai seorang bupati yang memiliki beban pekerjaan yang sangat berat, ia pun butuh pendamping yang bisa menjadi tempat untuk berkeluh kesah.’’Kondisi ini diketahui oleh orang-orang dekat saya. Mereka menjadi panglayar (mak comblang) saya’’ujar dia dihadapan peserta pertemuan.

Orang-orang dekatnya itu, lanjut Aceng, berinisiatif mencarikannya calon istri. Kepada oorang-orang dekatnya itu, ia meminta syarat calon istrinya antara lain berasal dari pesantren (santriwati), tidak pernah keluar rumah (dipingit), dan masih digesel (perawan).

Soal fisik, kata dia, bukan menjadi faktor utama. Yang , masih menurut dia, calon istrinya itu memiliki ahlak yang mulia. ‘’Sayarat yang saya minta itu kemudian diterjemahkan oleh orang-orang dekat saya. Mereka kemudian menjadikan calon yang kemudian datanglah Fani. Salah satu orang dekat saya adalah Ceng Ali,’’tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement