Selasa 04 Dec 2012 11:02 WIB

Kader Karbitan Dianggap Kian Lumrah di Pilkada Jabar

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Cagub Jabar Dede Yusuf bersama Lex Laksamana
Foto: Antara/Agus Bebeng
Cagub Jabar Dede Yusuf bersama Lex Laksamana

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Dalam pencalonan pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat 2013 mendatang tidak ada satupun pasangan yang murni bergandengan dengan kaderna dalam satu partai. Kondisi itu menurutp pengamat, adalah fenomena politik yang telah biasa terjadi untuk mendulang elektabilitas.

 

Pengamat Politik dari Universitas Parahyangan, Asep Warlan mengatakan berseminya ”kader karbitan” sebagai pemimpin daerah dinilai sangat berbahaya. Fenomena itu, ujarnya, akan menimbulkan kecemburuan dengan kader di dalam partai pengusung.

 

”Kader karbitan menjadi hal yang lumrah mengingat tuntutan instan parpol menjelang pemilu ataupun pilkada,” Jelasnya Selasa (4/12). Fenomena tersebut menjadi bukti bagi masyarakat, fungsi partai politik tidak berjalan sebagaimana mestinya.

 

Partai politik saat ini ramai-ramai memilih kandidat berdasarkan tingkat popularitas tokoh. Hal itu dijadikan alasan pembenaran adanya kader karbitan yang mereka usung.

 

Sedangkan sosok yang memiliki tingkat popularitas tinggi biasanya datang dari kalangan selebritis. Mereka lebih populer karena memang telah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat melalui media.

 

Namun demikian, munculnya ’kader karbitan’ tidak serta merta dapat disalahkan kepada kandidatnya. Partai politik, ujarnya yang seharusnya introspeksi diri karena tidak dapat memunculkan kader murni dari parpolnya.

 

Motif lain munculnya kader karbitan menurutnya karena sosok tersebut memiliki nilai jual yang tinggi dan lebih menguntungkan partai. ”Rasa sakit hati bagi kader politik yang merangkak dari nol tidak akan terhindari,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement