REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--Universitas Padjajaran menganugerahkan gelar Doktor Honoris Causa kepada Naib dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), Prof. Tan Sri Dato’ Wira Dr. Sharifah Hapsah Syed Hasan Shahabudin. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Sharifah menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul “Universiti Penyelidikan dalam Era Ekonomi Berteras Inovasi: Pengalaman Universiti Kebangsaan Malaysia”.
Penganugerahan tersebut didasarkan pada komitmen kuat Prof. Sharifah dalam mengelola dan mengembangkan Manajemen Pendidikan Tinggi. “Komitmen tersebut dibuktikan dengan berhasilnya Prof. Sharifah memimpin UKM dalam era ekonomi berteras inovasi,” ujar salah satu penguji doktor, Prof. Tri.
Menurut Prof. Tri menjelaskan, keahlian Prof. Sharifah dalam mengembangan manajemen pendidikan tinggi berawal dari kuatnya komitmen terhadap pendidikan kesehatan sejak ia mendapat gelar M.B.B.S dari Universiti Malaya pada tahun 1973 dan dilanjutkan dengan studi master tentang pendidikan kesehatan pada tahun 1982.
Pengalaman dan kapasitas keilmuan tersebut menjadi dasar ditunjuknya Prof. Sharifah sebagai Director Quality Insurance Division di Kementrian Pendidikan Tinggi Malaysia pada tahun 2001 hingga 2005.
“Pengalaman dan reputasinya dalam pengelolaan perguruan tinggi yang tidak terbatas pada bidang kedokteran dan kesehatan, dapat dilihat dari kontribusinya selaku pembicara pada pertemuan nasional tentang manajemen pendidikan tinggi serta kontribusinya dalam menulis berbagai artikel dan buku,” jelasnya.
Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Sharifah menekankan pentingnya universitas sebagai ruang penelitian untuk mendukung perkembangan ekonomi baru yang berlandaskan pengetahuan dan inovasi demi kemajuan bangsa.
Ia sendiri memaparkan bagaimana peran UKM dalam menunjang Rancangan Pembangunan Malaysia melalui Program Transformasi Negara.
“Pendidikan adalah kunci untuk mencetak bakat-bakat yang diharapkan dapat mewujudkan negara yang maju,” ujar Prof. Sharifah.
Kunci tersebut meliputi peningkatkan kualitas pendidikan dalam segala hal, yakni penelitian, pengembangan akademik, ekonomi, dan budaya. Hal tersebut harus menjadi sebuah budaya yang dimiliki oleh setiap civitas akademika di suatu perguruan tinggi. “Saat ini, UKM sendiri sedang berusaha untuk menerapkan budaya tersebut kepada sekitar 160.000 lulusannya. Ini memang membutuhkan waktu, tapi perlahan pasti akan berlaku,” harapnya.