Senin 03 Dec 2012 12:15 WIB

Investor Jepang Minta Jaminan Keamanan

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Dewi Mardiani
Hatta Rajasa
Foto: Agung Fatma Putra
Hatta Rajasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masalah perburuhan yang berkembang di Tanah Air akhir-akhir ini menjadi perhatian investor Jepang. Menurut mantan Perdana Menteri Jepang, Yasuo Fukuda, bagi investor asal negerinya, rasa aman dan kondisi politik yang stabil merupakan faktor utama keberlangsungan investasi. Terlebih selama bertahun-tahun, Jepang telah berinvestasi di Indonesia.

"Indonesia itu baik untuk investasi dan ramah bagi investor," tutur Fukuda pascapertemuan dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, di Graha Sawala, Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (3/12). 

Kedatangan Fukuda ke Indonesia bertujuan untuk menyampaikan keynote speech di acara Japan-Indonesia Innovation Convention di Bandung. Selain itu, Fukuda juga akan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sebelumnya, Hatta dan Fukuda telah mengadakan pertemuan di sela-sela acara Indonesia-Japan Joint Economic Forum di Tokyo 9 Oktober silam.

Hatta memaparkan, dalam kunjungan kerja itu, kedua negara telah menyepakati lima flagship projects dari 18 fast track project yang terdapat pada Master Plan Metropolitan Priority Area (MPA). Total investasi yang diperlukan dalam seluruh flagship project mencapai kurang lebih 3,4 triliun yen atau sekitar Rp. 410 triliun.

Secara keseluruhan, proyek-proyek tersebut akan dibiayai melalui swasta dan campuran antara program public private partnership (PPP), APBN dan pembiayaan melalui skema pinjaman. Kelima proyek itu terdiri dari proyek Mass Rapid Transit (MRT) di DKI Jakarta, pembangunan pelabuhan internasional Cilamaya, Karawang, perluasan dan pengembangan Bandara Soekarno-Hatta, Banten, pembangunan New Academic Research Clusters dan pembangunan sistem pengolahan saluran limbah (sewerage system) di DKI Jakarta. 

"Mereka semua siap," kata Hatta. Pembahasan yang tengah dilakukan saat ini adalah skema pembiayaan. Sebab pada dasarnya, pinjaman hanya akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan hutang luar negeri pemerintah.

Meski demikian, Hatta mengaku ada proyek yang mengandalkan pinjaman seperti MRT.  Ke depannya, Hatta mengharapkan agar proyek-proyek bisa dibiayai dengan skema PPP.

Selain membicarakan proyek, Hatta menyebut akan ada kerja sama kedua negara di bidang engineering dalam rangka akselerasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).  Nantinya, kata Hatta, teknisi handal Jepang akan melatih teknisi Indonesia.  "Kita akan atur," ujar Hatta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement