REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencapresan pedangdut Rhoma Irama yang didukung PKB bisa menjadi kesempatan mendongkrak suara PKB atau sebaliknya, menjatuhkan partai tersebut.
Rhoma adalah raja dangdut yang mampu membuat orang berempati, namun bisa juga sebaliknya. Orang berpotensi semakin tidak senang dengannya karena memanfaatkan seni untuk kepentingan politik.
Pakar Politik Universitas Islam Negeri, Syarif Hidayatullah, Saiful Umam, menyayangkan langkah PKB yang mengusung Rhoma Irama menjadi capres. "Ini taruhan yang sangat serius bagi PKB," katanya kepada Republika, Senin (3/11).
Mungkin saja Rhoma akan mendongkrak suara PKB, tetapi bisa juga sebaliknya, memelorotkannya. Sebagai artis, Rhoma memang populer, teapi popularitas tidak identik dengan akseptabilitas.
"Perlu dijajaki dulu-lah kalau memang mau serius mengusungnya. Survei dulu, seberapa besar akseptabilitas sang raja ini," paparnya.
Sementara itu, Rhoma menanggapi pendapat Saiful dengan santai. Menurutnya, boleh-boleh saja orang berpendapat seperti itu.
Rhoma menuturkan dirinya sangat yakin dalam pencalonan calon presiden tahun 2014 nanti. Berkat dukungan PKB, dirinya semakin yakin pencalonannya tersebut menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan.
"Saya terdorong atas sebuah kewajiban, bukan tampil sebagai memenuhi ambisi pribadi, tetapi merupakan suatu kewajiban syariah," ujarnya.
Langkah Rhoma kian mantap untuk maju dalam bursa capres mendatang setelah mendapat dukungan dari PKB. Dia membantah bila niatnya untuk maju dalam pencapresan nanti sebagai suatu ambisi pribadi untuk memegang kendali kekuasaan.