REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Sholahudin Wahid meminta Ketua Departemen ESDM Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana meminta maaf terkait dengan pernyataannya tentang pelengseran Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dari kursi kepresidenan.
"Seharusnya dia minta maaf. Anas saja minta maaf," katanya kepada wartawan saat dikonfirmasi tentang pernyataan Sutan yang dinilai melukai warga nahdliyin, di Jombang, Rabu.
Pihaknya menyebut Sutan merupakan orang yang tidak mengerti hukum. Gus Dur tidak terbukti bersalah dalam kasus Buloggate dan Bruneigate. Kejaksaan pun menyebut, jika kasus itu sudah di SP3 (Surat Perintah Penghentian Penyidikan), yang artinya Gus Dur bersih dari tuduhan korupsi. Turunnya dari jabatan Presiden saat itu lebih karena dijatuhkan secara politik.
"Dia itu tidak mengerti hukum. Gus Dur tidak terbukti bersalah dan Sutan tidak mengerti. Orang yang tidak tahu itu harus dikasihani," kata adik Gus Dur ini menyayangkan.
Ia juga tidak melarang warga nahdliyin atau umat Muslim lain melakukan unjuk rasa memprotes tentang pernyataan terkait dengan lengsernya Gus Dur oleh Sutan. Namun, ia berharap aksi itu tidak anarkhis.
Ratusan orang dari Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Jombang sebelumnya juga datang ke lokasi pondok untuk ziarah ke makam Gus Dur. Mereka mendoakan arwah Gus Dur sebelum persiapan unjuk rasa ke kantor Partai Demokrat Kabupaten Jombang. Mereka juga meminta doa restu dari Gus Sholah (sebutan akrab KH Sholahudin Wahid).
Sebelumnya, dalam sebuah acara "talk show" di sebuah televisi bersama mantan Juru Bicara Gus Dur, Adhie Masardi, Sutan menyebutkan, Gus Dur semasa menjadi Presiden pernah tersandung masalah hukum, yakni "Buloggate fan Brunaigate" sehingga lengser.
Atas pernyataannya itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bahkan sempat akan melayangkan somasi terhadap Partai Demokrat terkait pernyataan Soetan Bathoegana, yang dinilai melecehkan Gus Dur, tokoh kebanggaan NU itu.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum, mohon maaf atas pernyataan Sutan Bhatoegana. Anas mengajak setiap orang memegang etika dasar kepada para pemimpin, baik pada para pemimpin yang sedang memegang amanah dan kepada para mantan pemimpin. Mereka layak menghormati dan memuliakannya.
Sejumlah kalangan ternyata tidak mau menerima permintaan maaf yang diwakilkan oleh Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum atas sikap Sutan. Ia harus mengajukan permintaan maaf langsung atau terbuka atas sikapnya yang dinilai melukai umat.