REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog memastikan impor beras hingga akhir 2012 berada di kisaran 600 ribu hingga 700 ribu ton.
Angka ini mengalami penurunan dibandingkan keputusan di rapat koordinasi bidang perekonomian beberapa waktu lalu. Saat itu, impor beras diputuskan mencapai satu juta ton.
"Saat ini sudah mulai masuk. Sampai akhir tahun terakhir (masuk)," tutur Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso kepada wartawan seusai mengikuti rapat koordinasi bidang perekonomian di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (28/11).
Sutarto mengatakan sampai saat ini, kontrak impor beras mencapai 720 ribu ton. Jumlah itu terdiri dari 600 ribu ton berasal dari Vietnam dan 120 ribu ton dari India.
Meski demikian, Sutarto mengaku India dan Kamboja menawarkan kontrak impor beras masing-masing 50 ribu dan 30 ribu ton.
"Kita selalu berhitung, jangan sampai stok kurang (di bawah dua juta ton)," kata Sutarto.
Sutarto menjelaskan, dua juta ton merupakan titik aman demi tercukupinya cadangan beras di masyarakat. Titik ini pun telah memperhitungkan banjir yang berujung pada kegagalan panen serta mundurnya musim tanam di sejumlah daerah.
"Jika mundur, tentu harus ada cadangan. Apalagi setiap bulan kami salurkan raskin 250 ribu ton tiap bulan raskin," kata Sutarto.
Bagaimana dengan pengadaan dalam negeri? Sutarto menyebut pengadaan telah mencapai 3,56 juta ton. Angka ini hampir dua kali lipat dibandingkan 2011 dan 2010. Sutarto pun meyakini pengadaan tahun ini akan melebihi catatan tertinggi di 2009 yang mencapai 3,6 juta ton.