REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG--PT Pertamina Pemasaran Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mewaspadai kemungkinan terjadinya penyimpangan seperti munculnya spekulan menjelang gerakan nasional hari tanpa premium tanggal 2 Desember 2012.
Assistant Manager Eksternal Relation Pertamina Pemasaran Jateng dan DIY Heppy Wulansari di Semarang, Selasa, mengaku mewaspadai spekulan serta kemungkinan terjadinya pembelian premium diluar kebutuhan.
Heppy mengaku hingga saat ini pihaknya belum menerima surat resmi terkait gerakan hari tanpa premium dari BPH Migas atau pemerintah, sehingga Pertamina belum dapat memberikan instruksi secara detail ke seluruh SPBU terkait hal tersebut.
Jika gerakan hari tanpa premium tersebut terealisasi, lanjut Heppy, diharapkan masyarakat tidak perlu panik karena pemberlakuan gerakan tersebut, SPBU tidak melayani penjualan premium hanya 12 jam, tidak satu hari penuh.
"Masyarakat tidak perlu khawatir, karena tidak sehari penuh tetapi hanya mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB," katanya.
Selama pemberlakuan gerakan hari tanpa premium tersebut, lanjut Heppy, SPBU hanya diperbolehkan melayani penjualan solar serta BBM nonsubsidi.
"Selama ini sebenarnya penjualan BBM pada hari Minggu tidak begitu banyak, karena justru yang paling banyak pada hari Senin," katanya.
Terkait dengan konsumsi pertamax, rata-rata per bulan pada bulan Januari hingga Juli 2012 sebanyak 2.682 KL dan setelah ada pembatasan BBM bersubsidi, pada September hingga Oktober terjadi peningkatan konsumsi rata-rata per bulan 3.367 KL.
Sementara konsumsi premium rata-rata per bulan sebanyak 287.720 KL dan konsumsi solar 155.077 KL rata-rata per bulan.
"Kami akan terus memantau kondisi di lapangan apakah terjadi kekosongan di sejumlah SPBU karena terjadi 'rush' dan akan ada langkah antisipasi," katanya.
Penghematan dari gerakan hari tanpa premium tersebut diperkirakan akan menghemat sekitar 15.000 kilo liter (KL) atau senilai Rp 75 miliar.