Senin 26 Nov 2012 17:20 WIB

Guru Honorer Masih di Bawah Garis Kemiskinan

Seorang guru memberikan materi pelajaran kepada siswa kelas 2 SD.
Foto: Antara/Feri Purnama
Seorang guru memberikan materi pelajaran kepada siswa kelas 2 SD.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Setiap 26 Desember, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional dengan berbagai acara seremonial di sekolah, dinas pendidikan hingga di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

 Berbeda dengan nasib buruh di Jakarta dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar Rp 2,2 juta, guru honorer di Jakarta harus tersenyum getir mendapatkan gaji antara Rp 500-900 ribu per bulannya.

 

Ni'matul Khikmah (26 tahun), seorang guru honorer di sebuah Sekolah Dasar Negeri di bilangan Manggarai, Jakarta Selatan, mengakuinya. Pada masa awal-awal mengajar di sekolah tersebut, ia hanya mendapatkan gaji sebesar Rp 500 ribu per bulan.

Saat ini ia sudah mengajar selama lima tahun di sekolah tersebut. Memang ada kenaikan gaji secara bertahap namun tidak signifikan sekitar Rp 100 ribu tiap tahunnya.

Kini ia mendapatkan gaji sebesar Rp 1 juta per bulan. "Tetap saja segitu nggak cukup untuk sehari-hari. Apalagi status guru honorer juga nggak jelas," tutur Ni'matul Khikmah kepada Republika, Senin (26/11).

Senada dikatakan Fikri Hasanah (26 tahun), guru honorer di SMAN 63 Jakarta. Saat awal-awal ia mengajar di sekolah tersebut, ia hanya mengantongi gaji sebesar Rp 400 ribu per bulan. Ditambah dengan beberapa tunjangan, total ia mengantongi gaji sebesar Rp 850 ribu per bulan.

Setelah mengajar di sekolah itu, ia harus mengajar di bimbingan-bimbingan belajar untuk menambah penghasilannya. "Ya mau nggak mau harus cari sampingan. Segitu mana cukup," ucapnya.

"Saya katakan sebagian besar guru-guru honorer kita masih di bawah garis kemiskinan. Padahal mereka mengabdi sama baiknya dengan guru yang sudah menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil)," kata Ketua Umum PB PGRI Pusat, Sulistiyo dalam jumpa pers di kantor PGRI Pusat, Jakarta, Senin (26/11).

Berdasarkan data dari PGRI Pusat, tercatat sebanyak 932.400 guru yang kondisinya berada di bawah garis kemiskinan. Data tersebut didapatnya dari laporan di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia. Ia sendiri meyakini jumlah sebenarnya jauh lebih besar lagi data tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement