Ahad 25 Nov 2012 16:28 WIB

Premium DKI Langka, Ini Jawaban Pertamina

Rep: Sefti Oktarianisa/ Red: Karta Raharja Ucu
Petugas mengisikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau premium pada mobil mewah di sebuah stasiun pengisian BBM umum (SPBU) di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (2/4). (Republika/Aditya Pradana Putra)
Petugas mengisikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi atau premium pada mobil mewah di sebuah stasiun pengisian BBM umum (SPBU) di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (2/4). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Premium mulai langka di Jakarta. Di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU), ron 80 ini sulit didapatkan. Lalu sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa BBM bersusidi ini langka di beberapa tempat?

Saat dikonfirmasi ke PT Pertamina (Persero) selaku penyalur BBM bersubsidi, BUMN itu memiliki jawaban sendiri. Kelebihan kuota yang terus terjadi bahkan hingga 20 November lalu, membuat Pertamina mengendalikan jumlah pasokan sesuai yang ditargetkan pemerintah.

"Kuota per November 2012 ini misalnya, sudah over 1,1 persen untuk premium dan empat persen untuk solar dari yang kita targetkan," kata Wakil Presiden Korporat Komunikasi Pertamina Ali Mundakir pada Republika Ahad (24/11). "Jakarta saja sudah over 2,3 persen untuk premium dan 3,2 persen untuk solar,".

Walhasil Pertamina harus menyusun lagi kuota per daerah, sesuai dengan sisa BBM bersubsisi yang tersisa. Pasalnya, DPR dan pemerintah sudah sepakat tak akan lagi menambah kuota BBM bersubsidi, setelah penambahan kuota BBM 4,04 juta KL dilakukan September lalu.

"Jadi Pertamina salurkan saja sesuai kuota ditetapkan," tegasnya. Ini pun sesuai suratBadan Pengatur Hulir Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) tertanggal 7 November 2012 yang meminta Pertamina mengendalikan sisa kuota BBM bersubsidi agar pas hingga 31 Desember nanti.

Ali mengatakan penataan kembali kuota BBM ini sudah dilakukan sejak 19 November. Ia tak menampik hal ini telah menimbulkan antrean pembeli di sejumlah SPBU.

Namun, Pertamina sudah meningkatkan volume BBM non subsidi. Sehingga, kata dia, meski BBM bersubsidi habis masyarakat bisa membeli pertamax.

Semula dalam APBN 2012 kuota BBM bersubsidi ditetapkan sebesar 40 juta kl. Namun pada September 2012 kemudian ditambah sebesar 4,04 juta KL menjadi total 44,04 juta kl.

Sebesar 43,9 juta kl penyaluran menjadi tanggung jawab Pertamina. Di mana Pertamina berhak menyalurkan 27,8 juta kl premium, 14,9 juta kl solar, dan 1,2 juta kl minyak tanah (kerosene).

Hingga 20 November 2012 realisasi penyaluran BBM bersubsidi masing-masing mencapai 24,9 juta kl premium. Sedangkan solar 13,7 juta kl dan minyak tanah 1,1 juta kl.

Untuk premium misalnya, karena hingga akhir tahun hanya 27,8 juta kl sementara realisasi mencapai 24,9 juta kl, berarti hanya ada 3,1 juta kl premium yang bisa disalurkan. Karena harus cukup 41 hari mendatang, Pertamina hanya bisa menyalurkan premium sebesar 75,6 ribu liter premium.

Jika dibagi dengan seluruh provinsi di Indonesia maka akan tersedia sekitar 2.223 ribu kl per hari premium yang bisa diserap masyarakat. Padahal untuk konsumsi di Jakarta saja, BBM yang dibutuhkan mencapai enam ribu kl per hari.

Sementara itu, terkait antisipasi Natal dan tahun baru yang meningkatkan jumlah pemakaian pada BBM bersubsidi, Ali mengatakan kemungkinan Pertamina akan mengurangi lagi kuota tiap daerah. Simpanan kuota akan disalurkan menjelang natal hingga tahun baru.

"Apa boleh buat," ujar Ali. Ia menuturkan harus ada kebijakan lagi dari pemerintah dan DPR, jika memang ingin menambah jumlah kuota BBM bersubsidi.

Ia pun tak menampik Hiswana Migas selaku asosiasi pengusaha SPBU sempat keberatan dengan kebijakan ini. Tapi, kata dia, sesuai perhitungan tanpa pengendalian seperti ini BBM bersubsidi kemungkinan besar akan habis 24 Desember atau 26 Desember mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement