Sabtu 24 Nov 2012 00:04 WIB

Waduh, tidak Laku, Pedagang Makan Sendiri Daging Dagangan

Daging sapi impor (ilustrasi)
Foto: REUTERS
Daging sapi impor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU---Pedagang pengecer daging segar di pasar-pasar tradisional Kota Pekanbaru, Riau, memilih untuk dikonsumsi sendiri produk pangan tersebut karena warga enggan membeli mengingat harganya yang "selangit".

"Harga daging sapi sekarang masih sekitar Rp 85-90 ribu per kilonya. Daging jagi nggak laku dan kami mengonsumsinya sendiri," kata Syarif (63 tahun), pedagang pengecer daging sapi segar di Pasar Pusat, Pekanbaru, Jumat.

Hal demikian menurut dia, juga berimbas kepada banyak pedagang seperti dirinya yang pada akhirnya mengalami kerugian.

"Jelas, kalau seperti ini membuat pedagang daging sapi merugi. Apalagi banyaknya daging yang tak terjual disiasati dengan dikonsumsi pribadi," katanya.

Sarif mengaku sejak melonjaknya harga daging sapi menjadi sekitar Rp 90 ribu, membuat penjualannya berkurang drastis.

"Kalau biasanya satu hari mampu menjual hingga 50 kilogram, saat sekarang ini palingan hanya laku 20 kilogram. Itu pun sulit," katanya.

Dia mengakui, omset penjualannya sejak "meroketnya" harga daging kian berkurang bahkan hingga menembus penurunan pemasukan lebih dari 80 persen.

Lebih parah lagi, kata Syarif, sisa dagangannya yang tidak laku juga terpaksa dikonsumsi sendiri. Pantauan dibeberapa pasar tradisional lainnya di Pekanbaru (selain di Pasar Pusat), kelonjakan harga untuk produk pangan jenis daging sapi juga terjadi.

Di Pasar Kodim misalnya, sejumlah pedagang juga mengalami sepinya pengunjung yang membeli daging sapi yang dijajakan.

Seorang pedagang daging sapi di Pasar Kodim, Dahlan (60), mengatakan, sejak "melambungnya" harga daging, penjualannya turut berkurang.

Jika biasanya sebelum tengah hari dagangannya telah habis, kini setengah pun belum. "Hari ini saya menyediakan 34 kilogram, tapi hingga siang ini setengah pun belum habis," katanya.

Menurut dia, melonjaknya harga daging sapi dikarenakan berkurangnya stok daging hingga harga naik.

Kenaikan harga ini tidak hanya dikeluhkan oleh pedagang, tetapi juga pembeli. Semisal, Mis (34), yang mengatakan sejak melonjaknya harga daging menyebabkan ia harus mengurangi jatah konsumsi keluarga. "Biasanyanya tiga kali seminggu, sekarang hanya satu kali ," katanya.

Dia mengharapkan pemerintah dapat kembali menstabilkan harga agar pedagang dan pembeli tidak dirugikan. "Semoga permasalahan ini dapat segera teratasi," kata Mis.

Dilain pihak, Pemerintah Provinsi Riau mengakui wilayahnya mengalami ketergantungan kebutuhan sapi dari luar daerah bahkan hingga mencapai 70 persen.

Mengenai naiknya harga daging sapi di pasar-pasar tradisional, aparat pemerintahan terkait menganggap hal itu disebabkan jalur distribusi yang terganggu. "Sekitar 70 persen kebutuhan sapi di Riau dipasok dari luar daerah, terutama Lampung yang memang menjadi pemasok tetap," kata Kepala Dinas Peternakan (Disnak) Riau, Patrianov.

Selain Lampung, lanjut dia, kebutuhan sapi di Riau juga dipasok dari beberapa wilayah lainnya seperti Sumatera Barat. Ketergantungan terhadap sapi luar daerah itu, diakui Patrianov disebabkan produksi sapi di Riau yang masih sangat minim. "Riau juga bukan daerah penghasil sapi namun upaya untuk swasembada masih terus dilakukan meski dalam tempo waktu yang tidak singkat," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement