Kamis 22 Nov 2012 17:27 WIB

'Indonesia Laboratorium Besar Multikulturalisme'

Rep: Indah Wulandari/ Red: Karta Raharja Ucu
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin
Foto: Republika
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Ketua Umum PMI Jusuf Kalla, dan Ketua MPR RI Taufiq Keimas dijadwakan bakal hadir dalam World Peace Forum (WPF) keempat yang diselenggarakan PP Muhammadiyah.

Ketua OC WPF-4 2012, Wahid Ridwan menegaskan forum internasional ini sungguh penting untuk dijadikan rekomendasi bagi tiap-tiap negara asal partisipan. Taufiq Kiemas bakal membuka forum tersebut, sementara pidato puncak bakal diisii Presiden SBY di Istana Bogor.

Beberapa tokoh yang dipastikan hadir antara lain Direktur The Institute on Culture, Religion, and World Affairs Boston University Prof Robert Heffner, Presiden Hartford Seminary USA Prof Heidi Hadsell, Sekjen ASEAN Dr Surin Pitsuwan, Presiden Timor Leste Moslem Community Arif Sagran, dan beberapa tokoh perdamaian lainnya.

Dari dalam negeri ada Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Bahtiar Effendy, para cendekiawan Muhammadiyah, berikut tokoh rohaniwan lainnya. (baca: Besok, Muhammadiyah Gelar Pertemuan Tokoh Perdamaian Dunia).

"Indonesia laboratorium besar dengan berbagai multikulturalisme. Sehingga forum ini cocok diadakan disini," ujar Ketua Litbang PP Muhammadiyah Rifki Muna.

Maka secara luas, imbuh peneliti LIPI ini, dalam pertemuan itu dibahas pola-pola demokratisasi dalam berproses dan berkembang di kondisi multibudaya, multietnik, dan multiidentitas.

"Penekanan ini sebagai upaya mencairkan identitas dan multikulturalisme yang keduanya sangat menentukan bagi terciptanya perdamaian dan peningkatan demokrasi," jelas Rifki.

Terlebih lagi, multikulturalisme sering kali mengalami kebuntuan karena pergerakan bebas arus manusia dan meluasnya gagasan menolak multikulturalisme yang belakangan marak. Padahal sebagai kerangka hidup bersama penolakan multikulturalisme berpotensi menggerogoti prinsip kemanusiaan, dan menjadi sumber konflik antarperadaban.

Dibahas pula berbagai hal konsolidasi demokratisasi multikultural dari pengalaman seluruh peserta sebagai eksplorasi bersama.

Semuanya dikemas dalam empat sesi tentang identitas dan demokrasi, masa depan demokrasi dan sukses tidaknya membangun demokrasi multikultur, berbagi pengalaman internasional dan domestik.

Ada pula pertemuan tertutup antara pemerintah Filipina terkait perdamaian Bangsa Moro. Tampil sebagai fasilitatornya partisipan dari Indonesia dan Malaysia. (baa: Muhammadiyah Undang 150 Tokoh Perdamaian Dunia).

Forum tingkat dunia dua tahunan ini pertama kali digelar di Jakarta pada 14-16 Agustus 2006 dengan tema One Humanity, One Destiny, One Responsibility. Sesuai dengan rekomendasi WPF-1, One Humanity, One Destiny, One Responsibility dijadikan sebagai tema tetap WPF.

Adapun tujuan dari ajang ini digelar adalah mengembangkan dialog terbuka masalah identitas, multikulturalisme, dan demokrasi dari berbagai kalangan. Selain itu forum ii juga akan merumuskan pengejawantahan konsep One Humanity, One Destiny, One Responsibility sebagai filosofi dasar multikulturalisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement