Rabu 21 Nov 2012 21:56 WIB

2030, Laka Lantas Jadi 5 Penyebab Kematian Tertinggi Dunia?

Rep: Rr. Laeny Sulistyawati/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Alat derek milk PJR dan Jasa Marga Tol Cipularang mengevakuasi mobil yang terlibat kecelakaan beruntung di Tol Cipulang kilometer 91. Tabrakan beruntun tersebut terjadi pada Jumat (5/10) sekitar pukul 19.31
Foto: REPUBLIKA/LINGGA PREMESTI
Alat derek milk PJR dan Jasa Marga Tol Cipularang mengevakuasi mobil yang terlibat kecelakaan beruntung di Tol Cipulang kilometer 91. Tabrakan beruntun tersebut terjadi pada Jumat (5/10) sekitar pukul 19.31

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA SELATAN--Angka kecelakaan (laka) lalu lintas (lantas) tinggi bila tidak segara ditekan maka diprediksi pada tahun 2030 mendatang menjadi penyebab kelima tertinggi kematian di dunia. Pandangan itu disampaikan Menteri Perhubungan Umum (PU) Indonesia, Djoko Kirmanto di acara pembukaan peringatan hari korban kecelakaan lalu lintas sedunia di gedung kementerian PU, Jakarta Selatan, Rabu (21/11).

"Kalau tidak berbuat apa-apa, maka laka lantas menjadi penyebab kematian tertinggi nomor lima setelah penyakit jantung, stroke, paru-paru dan infeksi saluran pernafasan akut (ispa)," ujar Djoko.

Djoko juga menyatakan, organisasi kesehatan dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menganggap laka lantas merupakan penyakit yang tidak menular. "Tetapi, faktanya di Indonesia, sebanyak 75 sampai 80 orang tewas per hari akibat laka," ujar Djoko.

Untuk itu, Djoko menuturkan, dalam upaya mengurangi angka laka lantas, pihaknya menyediakan sarana prasarana. Sarana prasarana ini untuk untuk keselamatan jalan, artinya pemenuhan fisik elemen jalan terhadap persyaratan teknis jalan.

Melalui pendekatan rekayasa keselamatan jalan, lanjut Djoko, dilaksanakan audit keselamatan jalan dalam tiap siklus pembangunan jalan, mulai tahap studi kelayakan, detail desain keteknikan hingga prapembukaan.

"Ada juga memberikan titik lokasi jalan yang sering laka," ucap Djoko.

Djoko mencontohkan, dulu jalur Nagreg, Jawa Barat sering terjadi kecelakaan. Pihaknya kemudian membangun jalan untuk mengatasi masalah tersebut. Djoko mengklaim kabar laka yang sering terjadi di jalur Nagreg tidak begitu terdengar.

"Meski demikian, sistem perbaikan jalan adalah satu mata rantai supaya (angka laka) dapat dikurangi secara maksimal," tutur Djoko. Artimya, dibutuhkan peran masyarakat juga untuk mengurangi angka laka lantas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement