REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO -- Sejumlah pedagang di Bojonegoro, Jawa Timur, mendesak Pemerintah mengimpor sapi untuk mengatasi kesulitan yang dialami para pedagang dalam memperoleh sapi di kalangan peternak. Seorang Jagal Sapi di Pasar Besar Bojonegoro, Aris, Rabu, mengatakan para pedagang sapi mulai kesulitan memperoleh sapi di peternak sejak Hari Raya Idul Adha lalu.
Bahkan, lanjutnya, beberapa jagal sapi yang biasa berjualan daging sapi di pasar setempat mulai berhenti berjualan karena kesulitan memperoleh sapi. "Kalau saya masih berjualan, hanya sebatas bertahan, meskipun harus merugi berkisar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta/ekor," katanya.
Hal senada disampaikan penjagal sapi lainnya di Pasar Sroyo, Achmad Suyanto, yang juga kesulitan memperoleh sapi langsung dari peternak. "Kebutuhan sapi biasanya dipenuhi pedagang yang datang menawarkan sapi ke rumah. Tapi saat ini sudah tidak ada lagi pedagang yang datang," jelas Achmad.
Ia mengaku terpaksa menyembelih sapi betina. Selain harganya lebih murah juga mudah diperoleh dibandingkan harus mencari sapi jantan. Achmad memperkirakan harga daging sapi yang saat ini sudah mencapai Rp 80 ribu/kilogram, berpeluang naik lagi kalau kondisi tidak berubah dan tidak ada tambahan sapi impor.
"Pemerintah Provinsi Jatim seharusnya bisa langsung mengimpor sapi dari Australia tanpa harus menunggu Pemerintah Pusat," jelas Aris.
Menanggapi keluhan para pedagang, Bupati Bojonegoro Suyoto tidak sependapat bila pemerintah harus mengimpor sapi dengan alasan populasi sapi di masyarakat menurun. Sesuai perhitungan statistik, lanjutnya, populasi sapi di Jatim, termasuk di Bojonegoro tidak mengalami penyusutan yang drastis.
Ia berpendapat perlu dilakukan pendataan secara terperinci untuk mengetahui jumlah pasti mengenai populasi sapi yang ada di Jatim. "Saya sangat tidak setuju kalau ada impor sapi," ucapnya, menambahkan.