Rabu 21 Nov 2012 19:55 WIB

Sapi Semakin Langka, Pemerintah Didesak Buka Kran Impor

Rep: eko widiyatno/ Red: Taufik Rachman
Petugas memberi makan sapi-sapi lokal yang sedang digemukkan di Rumah Potong Hewan Terpadu Bogor, Jawa Barat, Senin (18/7). Pemerintah akan membentuk konsorsium peternakan sapi untuk memudahkan distribusi jutaan daging sapi lokal sebagai dukungan terhadap
Foto: Antara
Petugas memberi makan sapi-sapi lokal yang sedang digemukkan di Rumah Potong Hewan Terpadu Bogor, Jawa Barat, Senin (18/7). Pemerintah akan membentuk konsorsium peternakan sapi untuk memudahkan distribusi jutaan daging sapi lokal sebagai dukungan terhadap

REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO -- Kenaikan harga sapi yang sangat tinggi belakangan ini, harus segera disikapi pemreintah.

Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerti, Dr Akhmad Sodiq, menyatakan, bila tidak ada upaya-upaya mengatasi masalah ini, maka kelangsungan peternakan sapi lokal di Tanah Air terancam hancur, sehingga program swasembada sapi yang dicanangkan pemerintah justru akan terancam gagal.

''Kondisi yang berkembang sekarang ini sudah sangat berbahaya.  Kenaikan harga sapi bakalan telah mengurungkan peternak-peternak sapi untuk memelihara sapi. Sementara para pejagal sapi, terus memotongi sapi-sapi betina produktif ,'' jelasnya, Rabu (21/11).

Dia menyebutkan, naiknya harga sapi hidup dan daging sapi saat ini, telah membuat banyak pejagal memotong sapi-sapi betina. Hal ini karena harga sapi betina hidup, lebih murah daripada harga sapi jantan. ''Ini harus dicegah. Kalau sapi betina banyak yang dipotong, maka hal ini bisa mengganggu kelangsungan peternakan sapi lokal. Suatu saat, akan terjadi kelangkaan sapi bakalan,'' jelasnya.

Berdasarkan pemantauan di pasar hewan Sokaraja Kabupaten Banyumas, harga sapi hidup saat ini mengalami lonjakan cukup tinggi. Bahkan jumlah sapi yang dijual setiap hari pasaran manis, juga mengalami penurunan drastis. ''Bila biasanya bisa ada puluhan ekor sapi yang dijual, saat ini paling hanya belasan ekor,'' kata Warso (47), seorang pedagang sapi di tempat itu.

Harga sapi juga mengalami lonjakan cukup tinggi. Untuk sapi jantan berusia 2 tahun dengan bobot sekitar 2,5 kwintal, dijual seharga Rp 15 juta. Padahal dalam kondisi normal, sapi dengan usia dan bobot tersebut, biasanya hanya dihargai maksimal Rp 11 juta.

Demikian juga untuk sapi bakalan. Sapi bakalan dalam kondisi hidup yang biasanya dijual Rp 5 juta, kini mengalami lonjakan hingga Rp 8 juta. ''Sekarang banyak peternak yang tidak berani membeli sapi bakalan untuk dipelihara, karena khawatir harga akan anjlok ketika sapi sudah dewasa,'' tambahnya.     

Akhmad Sodiq menyatakan, satu-satunya cara untuk mengatasi kelangkaan sapi dan menghindari makin banyaknya sapi betina yang dipotong, pemerintah memang harus membuka kran impor sapi. Meski demikian, pemerintah harus benar-benar memperhitungkan jumlahnya sehingga kejadian di tahun 2009-2010 dimana harga ternak sapi anjlok drastis akibat banyak sapi impor yang masuk bisa dicegah.

Dia mengatakan, harga ideal yang tetap bisa mendatangkan keuntungan bagi peternak sapi, pedagang dan tidak terlalu memberatkan konsumen, adalah sekitar Rp 27.000 per kg sapi hidup. Semenatara saat ini, tingkat harga sapi sudah mencapai ekstrim atas karena mencapai Rp 35.000 per kg sapi hidup.

''Tapi kita juga tidak ingin, bila pemerintah mengambil kebijakan impor, harga sapi kemudian anjlok mencapai ekstrim bawah seperti tahun 2009-2010. Saat itu, harga sapi anjlok hingga Rp 22.000 per kg sapi hidup. Ini sangat merugikan peternak,'' jelasnya.     

Untuk itu, kata Shodiq, yang perlu dilakukan pemerintah saat ini, adalah menjaga agar tingkat harga sapi bisa stabil di kisaran Rp 27.000 per kg hidup. Caranya, bisa dengan mengambil kebijakan impor secara terkendali.

Menurutnya, bila kondisi seperti sekarang ini dibiarkan, maka hal ini akan berbahaya bagi upaya pemerintah mencapai program swasembada sapi. Peternak tidak berani membeli bakalan karena takut merugi, sementara disisi lain, banyak pejagal yang kemudian memotong sapi betina produktif.    

Pada bagian lain, Shodiq juga membantah bila kenaikan harga sapi saat ini disebabkan oleh ulah spekulan para pedagang besar. ''Tidak ada spekulan. Kenaikan harga sapi dan daging sapi saat ini, murni akubat kelangkaan sapi di Tanah Air,'' katanya.

Dia menyebutkan, sentra sapi potong terbesar di Indonesia adalah Jawa Timur disusul Jawa Tengah dan Jawa Barat. ''Jawa Timur, setahu saya juga sudah terjadi kelangkaan sapi. Demikia juga  Jawa Tengah dan Jawa Barat. Jadi wajar saja, bila kelangkaan ini menyebabkan harga sapi melonjak,'' jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement