REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Aksi demo besar-besaran dan mogok operasi yang dilakukan awak angkutan umum di ibu kota tampaknya mendatangkan rezeki tersendiri bagi para tukang ojek. Sebab, karena tidak ada angkutan umum yang beroperasi, terpaksa para penumpang beralih menggunakan ojek demi sampai ke tempat tujuannya.
Seperti dirasakan Mulyana Yusuf (39 tahun), salah seorang tukang ojek yang biasa mangkal di Jl Permai Lorong 104 Timur, Koja, Jakarta Utara. Menurutnya, aksi mogok yang dilakukan para awak angkutan umum membuat penghasilannya sebagai tukang ojek pada hari ini meningkat cukup signifikan. "Alhamdulillah, hingga tadi siang saja saya sudah memperoleh untung hingga Rp 150 ribu. Padahal kalau hari biasa, sampai siang paling hanya dapat Rp 30 ribu," ujar Yusuf.
Meski hari ini banyak para sopir angkutan yang mogok beroperasi, namun dikatakan Yusuf, dirinya tidak lantas menaikkan tarif ojek secara sepihak. "Tarif ojek sama saja seperti biasanya. Kami tidak memanfaatkan momen ini dengan cara menaikkan tarif, karena jika hal tersebut dilakukan tentu para penumpang akan beralih ke tukang ojek lainnya," kata Yusuf.
Hal yang sama juga dirasakan Nurohman (39). Tukang ojek yang mangkal di Jl Anggrek Koja ini mengaku hingga siang tadi sudah memperoleh penghasilan sebesar Rp 100 ribu. Padahal, kalau hari biasa hingga siang hari, penghasilannya hanya Rp 25 ribu saja. "Kalau aspirasi saya, saya ingin pemerintah juga membatasi keberadaan angkot di Jakarta serta tidak menambah trayeknya. Dengan begitu, penumpang ojek juga akan ramai," katanya.
Yuniarti (43), warga Warakas menuturkan, aksi mogok yang dilakukan ribuan sopir angkot sangat membuat para penumpang resah. Sebab, dirinya sudah menunggu KWK 09 jurusan Terminal Tanjungpriok-Cilincing selama hampir satu jam di Jl Enggano. "Jelas ini mengganggu, karena saya sudah menunggu lama. Sudah menunggu lama pun ternyata angkot yang ditungu-tunggu tidak ada," keluh Yuniarti.
Akibat aksi mogok para sopir angkot tersebut, lanjut Yuniarti, dirinya terpaksa menumpang ojek dengan merogoh ongkos yang lebih mahal. Sebab, bila menumpang angkot KWK dirinya hanya membayar ongkos Rp 3.000, namun dengan menumpang ojek harus membayar Rp 10 ribu. "Saya harap para sopir angkot bisa kembali beroperasi, agar penumpang tidak terlantar dan menunggu lama di jalan," tandasnya.
Hal yang sama juga dialami sejumlah tukang ojek yang melayani penumpangnya di wilayah Jakarta Pusat.
Adon (37), tukang ojek yang biasa mangkal di sekitar Jl Hayam Wuruk mengungkapkan, ia dan rekan-rekan seprofesinya merasa senang dengan aksi mogok yang dilakukan sopir angkutan umum. Sebab, hal tersebut berdampak pada meningkatnya penghasilan para tukang ojek. "Senang sekali mas, soalnya para penumpang jadi mau naik ojek. Hasil kita juga bertambah, biasanya satu hari paling dapat Rp 50 ribu, sekarang udah 3 kali lipat," ujarnya sambil tersenyum.
Erwin (46), salah seorang penumpang yang terpaksa naik ojek menuju Tanahabang menuturkan, dirinya terpaksa harus naik ojek lantaran susahnya kendaraan umum. "Tidak ada kendaraan umum yang lewat, kalaupun ada sudah penuh. Kondisi jalan pun macet parah jadi saya putuskan naik ojek saja," katanya.