REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Gubernur Jambi, Hasan Basri Agus, memprotes ketatnya jadwal belajar dan ekstra kurikuler anak-anak di sekolah. Hasan menilai hal tersebut sangat membebani anak secara fisik dan psikologis.
Dia menilai ketatnya jadwal belajar anak-anak di sekolah membuat pendidikan karakter dan agama di lingkungan tempat tinggal menjadi berkurang.
"Saya protes tentang ketatnya jadwal anak-anak belajar di sekolah. Saya tidak sependapat, khususnya untuk les dan ekstrakurikuler. Kasihan mereka sebab dibebani oleh hal-hal yang membuat mereka kesulitan untuk mengembangkan diri," kata Gubernur.
Gubernur menyarankan sebaiknya jam pelajaran di sekolah pada pagi hari harus lebih dimaksimalkan. Sehingga, anak-anak khususnya kelas rendah dapat pulang dengan cepat dan tepat waktu ke rumah.
Setelah itu, ucap Gubernur, anak-anak pada sore diikutkan dalam pendidikan diniyah takmiliah di madrasah-madrasah di setiap RT dan Kelurahan setempat. Malam harinya mereka belajar di Pengajian Antara Magrib dan Isya (PAMI) di surau-surau terdekat.
Untuk itu, pemerintah mendorong diaktifkannya kembali Pengajian Antara Magrib dan Isya di setiap RT dan kelurahan di Jambi. Bahkan, pihaknya telah menggelontorkan dana yang mencapai Rp 7 miliar untuk menghidupkan kegiatan tersebut.