REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Modernisasi dan pesatnya perkembangan teknologi, dinilai mengikis kebudayaan membaca Alquran sehabis Shalat Maghrib. Budaya itu memudar menyusul gempuran acara-acara televisi yang lebih menarik.
Selain itu, sarana berkomunikasi melalui pesan singkat (SMS), twitter dan facebook juga melunturkan budaya Islami tersebut. Padahal, dulunya waktu-waktu tersebut diisi dengan tauziah yang sekarang terkikis.
"Kita saja lebih banyak sms dan twitter untuk berhubungan dengan saudara. Kalau dulu pertemuan keluarga, sekarang terkikis," ujar Wakil Ketua MPR RI, Hajriyanto Y Thohari dalam pidato budaya bertema 'peran sastra dalam memasyarakatkan empat pilar berbangsa dan bernegara' di Universitas Muhammadiyah Palembang, Jumat (16/11).
Dikatakannya, pemerintah harus melakukan revitalisasi terhadap kebudayaan Islam. Karena itu ia mendukung acara yang digelar UMP ini. Soalnya, sangat penting dan strategis guna menghidupkan kembali tradisi-tradisi budaya Islam yang dulunya sangat kuat sekarang memudar. (baca: Kebudayaan Islam Mengalami Penurunan).
"Dulu sangat kuat, bahkan budaya-budaya Islam membentuk karakter bangsa Indonesia seperti kebiasaan membaca Alquran sehabis magrib, kemudian kesenian-kesenian dipengaruhi kebudayaan Islam," tuturnya.
Rektor UMP, HM Idris, secara terpisah mengatakan kegiatan itu digelar berkaitan dengan festival 1 Muharram 1434 H, yang dilaksanakan Kamis kemarin, Dan hari ini dilakukan kegiatan dalam konteks yang sama oleh lembaga seni dan budaya UMP.
"Sebenarnya banyak budaya Islam dikembangkan dalam artian tentang keramahan, sopan santun dalam Islam disampaikan, dibuat, diciptakan agar bisa terlaksana," ujarnya.