REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah pengusaha di Indonesia dalam perhitungan Wakil Presiden Boediono masih sangat kecil. Tercatat hanya 1,56 persen jumlah pengusaha dari total penduduk di tanah air.
Menurut guru besar ekonomi UGM ini, faktor kecilnya jumlah pengusaha di Indonesia karena ada lima hambatan besar. Pertama masalah penegakkan hukum sebagai masalah fundamental karena wirausahawan mustahil bisa mengembangkan usaha di suatu daerah yang masih terganggu keamanannya.
Kedua pertumbuhan makro ekonomi yang stabil. Sikap konservatif fiskal yang "prudence" adalah opsi terbaik dalam kondisi ekonomi global yang serba tidak pasti.
"Kalau makro-nya seperti yoyo atau 'roller coaster', maka orang yang bisa usaha hanya mereka yang sangat pandai atau sangat spekulatif. Yang produktif normal akan mundur," kata Wapres saat membuka "Global Enterpreneurship Week" (GEW) 2012 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Senin (12/11)
Tantangan ketiga adalah masalah infrastruktur yang memiliki dampak besar bagi wirausahawan karena kebanyakan transaksi ekonomi pasti mencantumkan komponen biaya transportasi.
"Studi Bank Dunia beberapa tahun lalu menunjukkan bahwa investasi di luar perkotaan sangat dipengaruhi oleh ada atau tidak adanya infrastruktur dasar yang memadai," katanya.
Keempat, kata Wapres Boediono, adalah regulasi dan aturan yang bisa mendukung atau sebaliknya justru menghambat wirausaha, terutama dalam era otonomi daerah ketika pemerintah daerah mengeluarkan aturan-aturan yang berpengaruh langsung pada pengembangan wirausaha,
Kelima tersedianya layanan finansial bagi bisnis mikro maupun makro karena hal ini akan mempengaruhi pengembangan suatu bisnis.
"Dalam hal ini para perumus kebijakan sedang berusaha menjabarkan lebih jauh konsep 'financial inclusion' karena dari situ bisa terjaring calon-calon wirausahawan muda," kata Wapres.