REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah daerah diminta memperhatikan tingkat kepadatan rumah sakit. Pasalnya, ada ketimpangan antara rumah sakit di daerah terpencil dengan perkotaan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nafsiah Mboi, mengatakan tingkat disparitas di kabupaten/kota sangat tinggi.
"Rumah sakit banyak terkonsentrasi di perkotaan," ujarnya saat ditemui di Plennary Hall, Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Rabu (7/11).
Pihaknya telah mengunjungi 14 provinsi di Indonesia. Dari kunjungan tersebut tercermin bahwa pemerintah daerah sudah berorientasi pada kemajuan rumah sakit di wilayahnya masing-masing.
"Hampir tidak ada provinsi yang tidak merencanakan pembangunan rumah sakit," ucapnya.
Namun sayang, pembangunan tersebut tidak merata sehingga terjadi ketimpangan antara daerah terpencil dengan pusat kota. "Banyak rumah sakit di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan kekurangan tempat tidur," katanya.
Tak hanya itu, di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan masih kekurangan tenaga kesehatan. Bahkan ada kabupaten yang mengeluhkan ketiadaan dokter spesialis di wilayahnya, misalnya di Provinsi Gorontalo.
"Padahal di daerah kota, ada sekitar 15 spesialis," ujarnya.
Untuk itu, dirinya meminta Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) melakukan advokasi ke pemda agar ketimpangan tidak terjadi lagi. "Saya mohon kesediaan PERSI sebagai mitra pemerintah untuk benar-benar melakukan advokasi," ucapnya.
Pemerintah pusat tak lepas tangan membantu mengatasi ketimpangan yang terjadi. "Kami usahakan meningkatkan kapasitas rumah sakit kelas 3 dengan menambah tempat tidur baik di puskesmas atau Rumah Sakit Pratama," ujar Nafsiah.