REPUBLIKA.CO.ID,DENOASAR--Pecalang atau pengamanan adat Bali ikut berpartisipasi membantu aparat TNI/Polri dalam mengamankan pelaksanaan "Bali Democracy Forum" (BDF) V yang dijadwalkan digelar di Nusa Dua, pada 8-9 November 2012.
"Kami terlibat menjaga wilaya desa sendiri, berkoordinasi dengan polisi. Kalau kami di Denpasar berkoordinasi dengan Polresta melalui bintara pembina di masing-masing desa," kata Ketua Parum Pecalang Denpasar Made Mudra di Nusa Dua, Senin.
Menurut dia, Denpasar sendiri memiliki 1.400 pecalang yang bertugas menjaga wilayah desa dan tidak harus berada di dekat aparat atau di ring tiga, namun yang paling terutama menjaga wilayah desa.
Dia mengatakan bahwa di setiap kegiatan baik bersifat lokal, nasional maupun inetrnasional, Pecalang akan terlibat dan berpartisipasi membantu aparat dalam mengamankan wilayah desa.
Sehingga apabila ada peristiwa mencurigakan yang kemungkinan bisa mengganggu jalannya kegiatan BDF, aparat Pecalang akan melaporkan ke pihak kepolisian.
Meski tidak harus langsung terlibat mengamankan kegiatan BDF itu, namun menurut Direktur Bimbingan Masyarakat Polda Bali, Komisaris Besar Polisi Putu Suastawa, sedikitnya ada dua pleton atau sekitar 60 Pecalang akan turun langsung mengamankan forum tahunan itu.
"Mereka (Pecalang) yang paling terdepan menjaga, jangan sampai ada yang masuk ke ring dua dan ring satu, kalau ring tiga itu bobol," kata Suastawa.
Ia mengatakan, 60 Pecalang yang turun langsung mengamankan BDF itu berasal dari wilayah terdekat di Nusa Dua yakni Desa Pecatu, Kuta Selatan. Keberadaan Pecalang di Pulau Dewata merupakan pasukan pengamanan adat yang cukup unik dan disegani.
Tak hanya dalam kegiatan lokal, pasukan dengan berpakaian adat Bali itupun ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga keamanan kegiatan yang bersifat nasional maupun internasional.