Ahad 04 Nov 2012 17:07 WIB

Tercermar Limbah Sido Muncul, Beras Berwarna Kuning Kecoklatan

Rep: s bowo pribadi/ Red: Taufik Rachman
Petani menunjukkan kondisi tanah sawah padi berusia 30 hari yang mengalami gagal tanam akibat musim kemarau.
Foto: Antara/Feri Purnama
Petani menunjukkan kondisi tanah sawah padi berusia 30 hari yang mengalami gagal tanam akibat musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID,UNGARAN—Sejumlah warga dusun Kalisori, Desa Diwak, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang mengeluhkan kebocoran dinding saluran limbah indutri jamu PT Sido Muncul. Pasalnya, kebocoran ini belum kunjung diatasi meski warga telah melaporkannya kepada pihak manajemen perusahaan.

Akibatnya, limbah pabrik jamu yang keluar dari sumber bocoran ini mengalir keluar lingkungan pabrik dan terus mencemari lingkungan sekitarnya. Air limbah berwarna hitam pekat dan berbau tidak sedap terus mengalir menggenangi areal persawahan milik warga yang berada tepat di belakang pabrik ini.

Berdasarkan pantauan di lapangan, ditemukan adanya kebocoran pada dinding saluran pembuangan limbah, yang mengalirkan cairan warna hitam dengan bau kurang sedap. Cairan ini masuk ke saluran irigasi dan terus menggenangi beberapa petak sawah warga.

Beberapa warga mengaku, limbah pabrik ini sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman padi mereka. Shahri (70), warga Dusun Kalisori RT 05/RW 01, Desa Diwak mengaku pencemaran limbah Sidomuncul telah menyebabkan sawah miliknya tidak bisa berproduksi secara normal.

Terutama tanaman padi yang tumbuh di lokasi genangan limbah berwarna hitam. “Semenjak ada pencemaran, beras yang dihasilkan warnanya juga menjadi kuning kecoklat-coklatan, tidak bisa berwarna putih seperti beras normal,” ujarnya, Ahad (4/11).

Ia juga mengaku, sejumlah petani pemilik sawah di belakang pabrik pernah mengajukan komplain. Namun sejuah ini belum ada penanganan terkait kebocoran limbah oleh pihak PT Sido Muncul, kecuali bantuan sarana pertanian.

“Hanya sekali pada tahun 2011 petani yang sawahnya tercemar limbah, diberi bantuan bibit sebanyak 3 sak, pupuk 2 kuintal dan obat tanaman 2 botol. Setelah itu tak ada lagi. Padahal kami menghendaki kebocoran limbah ini diantisipasi,” imbuh Shahri.

Dampak yang dirasakan akibat kebocoran limbah ini tak hanya para petani. Wargapun mengeluhkan dampak kebocoran ini bagi sumber air mereka, terutama sumur di pemukiman. Air sumur sejumlah warga juga terlihat keruh dan bercampur aroma limbah.

“Kami menduga kebocoran limbah ini juga telah mempengaruhi kualitas air sumur milik warga,” ungkap Munari (34), salah seorang warga RT 03/RW 01 Desa Diwak yhang ditemui terpisah.

Ia menambahkan, pencemaran yang bersumber dari kebocoran limbah ini sesungguhnya sudah berlangsung lama. Bahkan juga sudah disampaikan kepada pihak manajemen perusahaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement