Selasa 30 Oct 2012 16:31 WIB

Abrasi Pesisir Indramanyu Terus Meluas, Capai 2 Juta Ha Lebih

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Abrasi. Ilustrasi
Foto: Dok
Abrasi. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU--Abrasi yang menggerus pesisir pantai Kabupaten Indramayu terus bertambah. Faktor alam dan aktifitas pembangunan di pesisir pantai menjadi penyebab pengikisan tersebut.

 

Berdasarkan informasi dari Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu, luas pesisir pantai Indramayu yang terkena abrasi hasil pendataan pada 2010 mencapai 2.577,64 hektare. Jumlah itu bertambah luas ratusan hektare dibandingkan data pada 2005 lalu yang hanya 2.143,10 hektare.

 

Pesisir pantai yang tergerus abrasi itu tersebar di sepuluh kecamatan. Yakni Kecamatan Juntinyuat seluas 406,33 hektare, Krangkeng 293,13 hektare, Karangampel 48,95 hektare, Balongan 201,81 hektare, Indramayu 197,07 hektare, Pasekan 145,67 hektare, Losarang 419,34 hektare, Kandanghaur 342,87 hektare, Sukra 382,61 hektare, dan Patrol 139,86 hektare.

 

‘’Abrasi terjadi akibat pengaruh faktor alam dan aktifitas pembangunan,’’ ujar Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Indramayu, Joko Zakaria Hartawan, didampingi Kasi Konservasi dan Pemulihan Kualitas Lingkungan Hidup, Tati Suhartati, Selasa (30/10).

 

Tati menjelaskan, faktor alam penyebab abrasi di antaranya sedimentasi yang berlangsung lama akibat material endapan yang dibawa DAS Cimanuk. Selain itu, karakteristik pantai di Indramayu yang mengandung lumpur dan berpasir juga memudahkan terjadinya abrasi.

 

‘’Tingginya gelombang dan kencangnya tiupan angin dan arus laut juga menjadi  penyebab abrasi,’’ kata Tati. Tak hanya itu, tambah Tati, adanya pembangunan yang menjorok ke laut juga menjadi faktor penyebab terjadinya abrasi. Salah satunya pembangunan jetty.

 

Sedangkan faktor penyebab lain dari abrasi adalah rusaknya hutan mangrove yang berfungsi sebagai penahan abrasi. Karenanya, kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian mangrove sangat dibutuhkan untuk mengatasi terjadinya abrasi.

 

Tati mengungkapkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi terjadinya abrasi. Yakni melalui cara vegetasi penghijauan dan pembangunan sipil teknis.

 

Menurut Tati, vegetasi penghijauan diterapkan untuk karakteristik pantai yang berlumpur dengan cara menanam kembali hutan mangrove. Sedangkan untuk karakteristik pantai yang berpasir, digunakan cara sipil teknis dengan membangun break water.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement