Selasa 30 Oct 2012 16:15 WIB

Biofarma Tuanrumahi Temu Jaringan Pabrik Vaksin Negara Berkembang

Rep: Lingga Permesti/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Direktur Utama PT. Biofarma Iskandar (kanan) didampingi Ketua Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) Akira Homma (kiri) memberikan paparan kepada wartawan di Kartika Plaza Discovery Hotel, Kuta, Bali, Selasa (30/10).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Direktur Utama PT. Biofarma Iskandar (kanan) didampingi Ketua Developing Countries Vaccine Manufacturers Network (DCVMN) Akira Homma (kiri) memberikan paparan kepada wartawan di Kartika Plaza Discovery Hotel, Kuta, Bali, Selasa (30/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BALI-- PT Biofarma menjadi tuan rumah dalam pertemuan tahunan ke-13 Jaringan Manufaktur Vaksin Negara-Negara Berkembang atau Developing Countries Maccine Manufactures Network (DCVMN) di Kartika Plaza Discovery Hotel, Bali pada tanggal 31 Oktober-2 November mendatang.

Sedikitnya 37 produsen vaksin yang terdiri dari 106 pakar dari 14 negara berkembang di dunia seperti Argentina, Bangladesh, Brazil, Kuba, Mesir, India, Indonesia, Iran, Meksiko, China, Afrika Selatan dan Korea Selatan hadir dalam pertemuan. Negara-negara tersebut akan berdiskusi mengenai upaya memperluas vaksinasi hingga mekanisme kerja sama negara-negara berkembang dalam memproduksi vaksin.

Seluruh produsen vaksin ini memiliki tujuan utama untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas vaksin yang diproduksi oleh negara berkembang. Kemudian, dengan itu dapat mencapai masyarakat sehat di negara berkembang.

 "Kami berharap bahwa dengan terselenggaranya DCVMN acara ini, Indonesia bisa menjadi mitra khusus untuk negara berkembang dan negara Islam, terutama untuk penelitian dan pengembangan vaksin baru,"kata Sekretarsi Korporat Biofarma, M.Rahman Rustan.

DCVMN ini juga bertujuan untuk memerangi penyait menular yang masih mewabah di beberapa negara berkembang. Penanggulangan penyebaran ini dilakukan dengan caraa meningkatkan kapasitas dan kualitas vaksin yang terjangkau. Selain itu, juga meningkatkan penelitian dan pengembangan vaksin sesuai kebutuhan pasar.

"DCVMN diharap mampu mendorong produksi dan distribusi vaksin berkualitas tinggi secara efektif dalam jangka panjang untuk memenuhi imunisasi nasional negara-negara berkembang,"ungkapnya.

Menurut Mantan Presiden DCVMN, Akira Homma, memproduksi vaksin itu tidaklah mudah. Pasalnya, membutuhkan biaya tinggi dan kalau tidak memenuhi pasar justru akan merugikan. Oleh karenanya, pertemuan ini bertujuan untuk menyatukan negara-negara berkembang yang selama ini bergantung pada negara-negara maju untuk memproduksi vaksin. Acara ini diharapkan membuat para peserta mampu menelusuri dan mengakses vaksin secara bersama-sama.

Direktur Utama Biofarma, Iskandar juga menungkapkan, Biofarma sebagai satu-satunya perusahaan dari Indonesia yang memeroleh pra kualifikasi WHO dari tahun 1997. Indonesia juga merupakan satu-satunya negara muslim dalam DCVMN sehingga berfungsi  sebagai jembatan dengan negara-negara muslim lainnya. Indonesia juga merupakan salah satu dari anggota negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang mempunyai pabrik vaksin.

"Malaysia yang maju ternyata tidak mempunyai pabrik vaksin, termasuk pabrik vaksin Vacsera di Mesir yang belum memenuhi pra kualifikasi WHO. Begitu juga Iran yang industri vaksinnya bagus namun tidak disertai kondisi negara yang kondusif,"ujarnya,

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement