Senin 29 Oct 2012 18:42 WIB

Menhut Berkisah Dirinya Dicaci-maki Mahasiswa

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Menhut Zulkifli Hasan
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menhut Zulkifli Hasan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, memiliki pengalaman dicaci-maki mahasiswa terkait dengan pengelolaan rawa tripa di Aceh yang dialihfungsikan menjadi kebun kelapa sawit. "Saya dihabisi ketika itu di Bekasi," jelasnya, di Jakarta, Senin (29/10).

Kementerian tuturnya, ketika itu mendengarkan saja luapan emosi dan makian mahasiswa terhadap dirinya. Zulkifli dianggap sebagai orang yang paling bersalah terkait alih fungsi lahan tersebut. Ada belasan, bahkan puluhan mahasiswa yang menghujatnya saat itu.

Intinya, mereka tidak terima dengan alih fungsi lahan rawa tripa di Aceh, karena rawa tersebut dinilai berharga bagi kelestarian alam. Ketiga giliran Menteri Kehutanan kemudian berbicara, ia berkata  "Baik. Sudah cukup. Giliran saya berbicara," jelasnya kepada sekitar 250 mahasiswa.

"Yang memberikan izin alih fungsi lahan siapa," tanya Zulkifli. Mereka kemudian menjawab pemberi izin adalah bupati. Zulkifli kemudian menyarankan agar mahasiswa mengkonfirmasi kepada pihak bupati kenapa sampai dialihfungsikan.

"Saya kesini juga mau protes sama bupati," paparnya menceritakan kisahnya saat mengunjungi rawa tripa.

Empat perusahaan perkebunan sawit besar mengalihfungsikan hutan Tripa, membakar gambutnya dan menggali saluran untuk menanam sawit. Kehancuran seluruh hutan yang masih ada di Tripa diperkirakan terjadi sebelum 5 tahun mendatang bila tidak ada tindakan cepat untuk menyelamatkannya.

Rawa Tripa adalah kawasan seluas 61 803 hektar di pantai barat provinsi Aceh di bagian utara pulau Sumatera. Tripa mengandung keragaman hayati yang tinggi, di samping sangat penting bagi penduduk setempat. Tripa juga merupakan penampungan karbon terbesar di Aceh.

Tripa adalah satu dari hanya enam tempat di mana masih terdapat orang utan Sumatera (Pongo abelii) yang terancam, dan salah satu dari situs prioritas UNEP-GRASP untuk spesies tersebut. Saat ini masih ada sekitar 280 ekor, yaitu lebih dari 4% dari jumlah keseluruhan di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement