Ahad 28 Oct 2012 15:50 WIB

Pemuda Masa Kini Enggan Bertani

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Dewi Mardiani
Petani menunjukkan kondisi tanah sawah padi berusia 30 hari yang mengalami gagal tanam akibat musim kemarau.
Foto: Antara/Feri Purnama
Petani menunjukkan kondisi tanah sawah padi berusia 30 hari yang mengalami gagal tanam akibat musim kemarau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sektor pertanian di Tanah Air saat ini mengalami ancaman berupa semakin minimnya sumber daya manusia (SDM) yang berkecimpung di bidang tersebut. Fakta di lapangan menunjukkan, banyak pemuda (kelompok manusia yang berada dalam rentang usia 16-30 tahun) yang memilih menjadi buruh alih-alih petani di daerahnya.

"Urbanisasi ke kota menjadi buruh lebih menarik karena penghasilan selalu ada," tutur Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Dewan Pimpinan Nasional Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Manimbang Kahariady, dalam diskusi bertajuk "Peran Pemuda Dalam Pertanian" di Jakarta, akhir pekan lalu. 

Lebih lanjut, Manimbang menambahkan, alasan lain yang membuat pemuda enggan menjadi petani adalah penghasilan yang tidak selalu ada. Di samping itu, petani harus menanggung resiko akibat gagal panen yang disebabkan oleh penggunaan benih maupun pupuk yang tidak tepat. 

Secara keseluruhan, Manimbang menilai masalah pertanian saat ini harus dicermati dari sisi internal maupun ekstenal (dalam hal ini adalah isu-isu global).  Dari sisi internal, masalah pertanian saat ini meliputi pemodalan yang minim, keterampilan, pengetahuan maupun pola pikir manajemen produksi yang belum sampai pada tahapan profit oriented. 

"Selama ini lebih kepada cara hidup.  Ini jelas memengaruhi motivasi bertani yang dapat menurun, bahkan hilang," ujar Manimbang. Sementara dari sisi eksternal, masalah pertanian saat ini meliputi perubahan iklim yang ekstrem, kebijakan pemerintah terkait impor bahan pangan, hingga kebijakan alih fungsi lahan produktif di sejumlah daerah akibat semakin berkembangnya industri maupun pemukiman. 

Terkait lahan, ini karena kurangnya sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah. Faktor internal dan eksternal itu, lanjut Manimbang dapat menghambat kecukupan pangan.  Oleh karena itu, Manimbang menilai sudah saatnya seluruh pemegang kepentingan di bidang pertanian dapat menguatkan komitmennya untuk menegakkan kedaulatan pangan. 

"Caranya adalah dengan menjamin ketersediaan pangan dalam negeri sehingga kebutuhan masyarakat Indonesia dapat terpenuhi," imbuh Manimbang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement