REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada peringatan Sumpah Pemuda ke-84, Ahad (28/10) ini, anggota DPR RI Rieke Dyah Pitaloka menyampaikan pandangannya tentang hari bersejarah itu.
"Jangan sampai Sumpah Pemuda sebatas peringatan saja. Tapi jangan juga anak muda mengomentari hari Sumpah Pemuda dengan ucapan Trus Gue Harus Bilang Wow Gitu," kata Rieke pada perayaan Sumpah Pemuda di Kampung Talang, Jakarta Pusat.
Menurut dia, Sumpah Pemuda bukan hanya berkumpulnya sekelompok pemuda pada 28 Oktober 1928 lalu. Melainkan sebuah gerakan politik yang tidak mendikotomikan usia, asal, dan latar belakang.
Semangat Sumpah Pemuda yang menegaskan bahwa persoalan kebhinekaan merupakan harga mati yang harus diperjuangkan semua warga Indonesia. Tentu saja dimulai dari para pemuda-pemudi yang merupakan penggerak roda bangsa.
Rieke menilai warga Indonesia tengah berada dalam krisis sejarah. Yang hanya mengenal meomentum Sumpah Pemuda, tetapi tidak mengetahui arti dan cerita di baliknya.
"Contohnya waktu menyanyikan lagu Indonesia Raya, banyak yang menyepelekan dan menganggap remeh, mengobrol atau cengengesan. Ini sederhana, bagaimana kita menghargai salah satu simbol negara," ujarnya.
Nasionalisme, kata Rieke, bisa dibangun dan dimulai dari mana saja. Meskipun banyak yang meremehkan kaum muda, dia optimis kelangsungan dan perjuangan pembangunan negara bisa dilanjutkan anak muda.
"Memang ada beberapa oknum, anak muda yang menjadi makelar politik. Tapi masih banyak yang ingin memajukan negara ini, meperjuangkan rakyat," ungkap dia.