REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Seniman Jawa Barat sepakat polemik seputar jaipong sudah selesai. Seniman puas dengan penjelasan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Selain itu juga mengingatkan kepada masyarakat untuk waspada pada pernyataan dan tingkah Seniman "Jelmaan" yang meresahkan masyarakat.
Gubernur Ahmad Heryawan mengatakan, para seniman dan budayawan menginginkan terciptanya harmonisasi dan kerja sama antara Pemprov dengan seniman dan budayawan yang asli, bukan seniman ataupun budayawan "jelmaan", yang seringkali tingkah dan pernyataannya meresahkan masyarakat. "Hal yang sebenarnya yang terungkap pada arahan pejabat eselon II di lingkungan Provinsi Jawa Barat adalah menekankan agar jajaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar memajukan seni budaya daerah melalui pendekatan industri budaya, bukan wawacara saya," ujar Heryawan, saat bertemu dengan sejumlah budayawan, seniman dan sesepuh Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Bahkan Heryawan mengaku kaget saat diminta klarifikasi oleh wartawan. "Apa yang harus saya klarifikasi, karena saya tidak merasa pernah mengeluarkan pernyataan sebagaimana yang diberitakan di sejumlah surat kabar, apalagi yang berkenaan dengan tari Jaipongan, tahu istilah 3 G saja baru belakangan ini dari koran " ujar Heryawan, di hadapan sejumlah seniman, budayawan, dan sesepuh Jawa Barat.
Berkenaan dengan masalah pakaian, menurut gubernur, kita memiliki komitmen untuk menjaga moral anak bangsa, salah satunya mengenai pakaian. "Kalau (menari) mengenakan pakaian kebaya lengan panjang apa salah, saya pernah melihat Kang Gugum menari dan Tati Saleh mengenakan kebaya. Di sini saya tidak menyebutkan nama tarian satu pun," ujar Heryawan.
Mereka yang hadir antara lain Ketua Yayasan Pengembangan Kesenian (YPK) Sunda Uu Rukmana, seniman Gugum Gumbira, sejarawan Prof Sobarna, Mamah Ageung,Ketua Litbang STSI Bandung Ny Endang, dan Maman Abdurahman. Dalam pertemuan itu,Gubernur didampingi Ny Netty Prasetiyani Heryawan. Sejumlah isu terkini seputar seni dan budaya lokal mencuat dalam dialog tersebut, antara lain strategi dan komitmen Pemprov Jabar dalam mendukung program seni budaya,perlunya pembangunan gedung kesenian yang representatif, bantuan bagi para seniman, penggunaan bahasa Sunda, perpustakaan,dan penanggalan.
Uu Rukmana mengatakan bahwa seniman dan budayawan Sunda perlu didukung kebijakan pemerintah daerah. Sementara itu, budayawan muda Sunda Iip D Yahya meminta Pemprov memperhatikan kelanjutan dan operasional perpustakaan Sunda yang saat ini terus berguguran. Gubernur Heryawan mengatakan, pihaknya telah berencana membangun gedung kesenian yang representatif di kawasan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. ”Dukungan bisa melalui bantuan gubernur maupun APBD.Misalnya untuk tempat latihan dan sanggar seni,”kata Heryawan. Di akhir diskusi, para pelaku seni dan budaya mendapat cenderamata songket Majalaya yang diserahkan Ny Netty Heryawan. (adv)