Kamis 25 Oct 2012 03:44 WIB

Pengamat: Semburan Gas di Kubu Raya, Fenomena Umum

Lahan gambut, ilustrasi
Lahan gambut, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SUNGAI RAYA -- Pengamat pertambangan dan energi Kalimantan Barat (Kalbar), Yudi Ernadi, menilai semburan lumpur dan gas yang terjadi di Dusun Melati Desa Teluk Pakedai Dua Kecamatan Teluk Pakedai Kabupaten Kubu Raya merupakan fenomena umum terjadi pada lahan gambut.

"Biasanya ketika ada masyarakat yang mencari air bersih dengan cara membuat sumur hingga kedalaman puluhan meter. Ketika itulah gas ini keluar dari dalam tanah. Gas yang keluar ini disebut gas metana," katanya di Sungai Raya, Rabu (24/10).

Dia menjelaskan, lahan gambut itu merupakan jenis tanah yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa tetumbuhan yang setengah membusuk dalam kurun waktu yang lama. Pembusukan itulah yang menyebabkan gas metana tersebut, sehingga fenomena alam berupa semburan lumpur ini mencapai ketinggian puluhan meter.

"Ada yang mengebor hingga kedalaman puluhan meter dan mengenai lokasi gas metana ini, sehingga yang terperangkap kemudian menyembut keluar dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan selain karena pengeboran. Karena itu harus hati-hati ketika mengebor untuk mencari sumber air bersih di lahan gambut" tuturnya.

Meski demikian, sambung Yudi gas yang menyembur tersebut dianggap tidak terlalu berbahaya. Namun tidak bisa juga dieksploitasi secara besar karena jumlahnya yang sedikit. Selain itu pun fenomena alam ini juga tidak pernah berlangsung lama.

"Kita pernah mencoba untuk memberdayakan gas metana ini, dan gas tersebut mempunyai nilai ekonomis yang baik. Namun, gas itu tidak bisa diekploitasi," kata Yudi. Dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menghidupkan api di sekitar semburan gas tersebut. Karena ada pembukaan pori-pori tanah yang memungkinkan disambar api ketika ada gas yang keluar.

Ia pun menegaskan jika gas itu berbeda dengan semburan lumpur Sidoarjo. Karena berbeda pada tingkat kedalamannya. "Jika lumpur lapindo itu, diduga karena ada gas bumi yang terbentuk pada level yang sangat rendah, sedangkan ini dari gas metana yang terkumpul di lahan gambut. Jadi ada perbedaan. Begitu juga dengan kedalamamnya, jika di sana kedalamannya hingga ribuan meter, sedangkan ini hanya puluhan meter," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement