REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Candi Borobudur kini diterangi dengan lampu tenaga surya yang menjulang tinggi di sekitar pelatarannya.
Instalasi panel surya tersebut memanfaatkan penyinaran matahari pada siang hari untuk menghasilkan penerangan lampu sepanjang malam.
Team Leader Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Arif Fiyanto mengatakan pemasangan lampu tenaga surya itu adalah pemanfaatan sumber energi terbarukan seperti angin, sinar matahari dan panas bumi.
"Alat ini menghasilkan energi bersih untuk borobudur karena menggunakan pemanfaatan energi terbarukan yang ramah lingkungan," ujar dia dalam konpres di Jakarta, Rabu (24/10).
Cara kerja panel surya tersebut antara lain menyerap sinar matahari selama kurang lebih 4-12 jam saja pada siang hari. Alat tersebut kemudian akan menyalurkan sinar matahari yang ditangkap ke dalam baterai dan ketika disalurkan ke listrik pada malam hari akan menghasilkan listrik untuk penerangan dengan kapasitas maksimal 2.000 watt.
"Lampu ini akan menyala selama 12 jam secara otomatis ketika senja datang dan akan padam pada pagi harinya karena ada sensor di dalamnya," ujar dia.
Di sepanjang borobudur sekitar 10 lampu penerangan bertenaga surya dengan energi sebesar 40 watt per lampu atau sekitar 120 watt jika dikonversikan seperti lampu mercury biasa.
Satu lampu dilengkapi 2 alat panel surya yang menghasilkan sekitar 50 watt-100 watt per 1 alat panel surya.
Harga panel surya ini sekitar Rp60 juta per alat panel dan didatangkan dari sejumlah negara seperti China, Jerman, Thailand, Swedia dan Jepang.
"Alat panel surya itu mahal, tapi merupakan alat satu-satunya yang tidak berdampak polusi bumi," kata dia. Manfaatnya, ujar dia, biaya tagihan listrik juga sedikit berkurang dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.