REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bom rakitan yang meledak di pos lalu lintas Kelurahan Kasintufu Kecamatan Poso Kota ternyata menggunakan telepon genggam sebagai pengatur waktu (//switching//). Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar mengatakan bom sengaja diatur agar meledak dua kali. Menurutnya, ledakan dua kali seperti ditujukan agar memakan lebih banyak korban.
Boy menambahkan, menurut keterangan saksi, saat ledakan pertama pada pukul 06.15 WITA seorang polisi lalu lintas Briptu Rusliadi mendekati sumber ledakan. Saat didekati sekitar lima menit kemudian, terjadi ledakan kedua.
Akibatnya, Rusliadi mengalami luka di bagian lengan dan punggung bawah. Selain Rusliadi, seorang petugas keamanan bernama Muhammad Albar yang saat itu ikut mendekat juga terluka di bagian lengan. "Barang bukti yang diamankan petugas antara lain telepon genggam yang diduga sebagai switching dan kontainer plastik sebagai wadah bom," ujar Boy, Senin (22/10).
Saat ini, polisi telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dengan mendatangkan petugas penjinak bom, Inafis dan laboratorium forensik. Polisi meminta keterangan empat orang saksi, yaitu dua korban dan dua orang sipil.
"Saat ini masih dilakukan upaya penyelidikan lebih lanjut. Kami sedang berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan langkah penyidikan lebih lanjut terhadap mereka yang diduga sebagai pelaku," katanya.
Pada pagi tadi, terjadi ledakan di pos lalu lintas Kelurahan Kasintufu Kecamatan Poso Kota sekitar pukul 06.15 WITA. Pos pengamanan tersebut hanya berjarak sekitar 100 meter dari rumah dinas Bupati Poso. Bom diletakkan di belakang pos sebab bagian belakang pos rusak. Jendela belakang juga pecah.
Di tempat terpisah, Menko Polhukam Djoko Suyanto menyesalkan dan mengecam keras pelaku ledakan tersebut. Ia juga mengimbau warga Poso agar tetap tenang. Warga juga diharapkan dapat menahan diri atas tindakan provokasi ini. "Aparat keamanan akan segera mencari dan menangkap para pelaku kejahatan ini," kata Djoko.