REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (Insists), Adnin Armas, mengatakan saat ini telah banyak pemikiran Barat yang masuk ke dalam studi Islam. Hal tersebut, menurut dia, merupakan upaya deislamisasi sehingga perlu diwaspadai.
Pemikiran tersebut yaitu liberalisme, pluralisme, dan sekularisme. Liberalisme adalah ideologi dimana parameter kebenarannya menggunakan akal dan berlepas dari agama.
Pluralisme adalah paham yang menyatakan kebenaran ada pada setiap agama. Sedangkan sekulerisme adalah paham yang memisahkan antara agama dengan kehidupan sehari-hari.
"Kaum muslimin perlu menyeleksi secara ketat unsur asing dalam studi Islam. Pemikiran Barat seringkali bukan membuat membuat dekat dengan Islam malah membuat semakin jauh dengan Islam," tutur Adnin, Ahad (21/10).
Pemikiran-pemikiran tersebut, kata Adnin, akan menggiring kepada deislamisasi yang berujung pada pembubaran Islam. "Agama dibuat hanya untuk mengatur individu dengan Tuhan dan tidak perlu hadir dalam ruang publik," jelas Adnin.
Adnin mencontohkan deislamisasi yang terjadi yaitu dengan mengganti nilai-nilai Islam dengan nilai Barat. "Misalkan menghalalkan pernikahan sejenis. Padahal, Islam itu pedoman hidup tidak hanya ritual. Maka cara pandang pun harus dari kacamata Islam," kata Adnin.