REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Pemantauan banjir lahar dingin di Kali Code Yogyakarta menggunakan early warning system (EWS)
Menurut Kepala Bidang IT Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) Kota Yogyakarta, Buntara, terdapat 6 alat early warning system (EWS) yang dipasang di bantaran Kali Code untuk pemantauan pergerakan banjir lahar dingin tersebut. Masing-masing berada di Cokrodiningratan, Jogoyudan, Ledok Macanan, Juminahan, Wirogunan dan Keparakan.
Setelah dilakukan pemeriksaan, seluruh EWS tersebut ternyata mengalami kerusakan pada bagian accu. Hal ini disebabkan perilaku masyarakat yang melakukan putus-sambung tegangan untuk suplai energi. "Mulai hari ini, seluruh accu akan kami ganti sehingga semua bisa normal kembali. EWS ini juga bukan model sirine, melainkan pengeras suara yang tersambung dari Pusdalops," paparnya.
Sementara untuk kesiapan terakhir menghadapi bencana banjir, pada awal November mendatang akan digelar simulasi akhir di wilayah kampung Bener dan Kricak Tegalrejo. Terutama, bagi warga di kawasan tersebut yang tinggal di bantaran Kali Winongo.
Staf PKBLinmas Kota Yogyakarta, Dodi Singgih Andriono mengatakan, selain banjir lahar dingin pihaknya juga mewaspadai ancaman bencana alam lain pada musim pancaroba kali ini. Ancaman bencana ini antara lain, petir, angin kencang, puting beliung dan hujan lebat.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandriyo mengatakan, material vulkanis sisa erupsi Merapi 2010 lalu diprediksikan masih sekitar 90 ribu meter kubik. Material tersebut memenuhi seluruh badan sungai di kaki Merapi. "Jika hujan turun cukup lebat dan kurun lama, material berupa pasir, lumpur dan batu ini bisa ikut terbawa arus air ke wilayah hilir," terangnya.