REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kereta Api Indonesia (KAI) berkomitmen untuk menambah armada kereta rel listrik (KRL). Namun sayangnya, rencana tersebut sepertinya belum bisa dengan mudah di 2013 nanti.
Pasalnya, harga kereta buatan dalam negeri sangat mahal dan membuat perusahaan ini sulit melakukan transaksi pembelian. "Kita nunggu kereta bekas Jepang saja," jelas Direktur Pemasaran KAI, Sulistyo Limbo, saat ditemui dalam BUMN Marketeers Club, Jumat (19/10).
Dijelaskannya untuk satu kereta buatan nasional, pihaknya harus mengeluarkan kocek delapan kali lipat dari kereta bekas negeri sakura. "Kalau dilakukan ini bisa berimbas pada tarif commuter line," tegasnya.
Meski demikian, dirinya mengaku pihaknya tetap konsisten untuk membantu membenahi persoalan transportasi di Indonesia. Bahkan beberapa waktu lalu Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok telah bertemu manajemen KAI untuk mengurangi kepadatan lalu lintas.
Pemda DKI dan KAI akan siap bekerja sama untuk peningkatan kapasitas dan perjalanan kereta api, khususnya commuter line. Menurutnya, BUMN itu telah meminta pemda DKI untuk membangun fly over di perlintasan kereta supaya KAI dapat meningkatkan jumlah perjalanan KRL.
"Semuanya dibiayai Pemda," katanya. Saat ini terdapat 14 perlintasan kereta yang masih menjadi titik kemacetan jika kereta melintas.