REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai hasil survei dari beberapa lembaga survei akan menjadi masukan untuk partai-partai Islam seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk memperbaiki diri menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Namun Ketua Fraksi PKS DPR, Hidayat Nur wahid mengatakan tanpa ada survei pun, pihaknya tetap melakukan evaluasi terhadap kinerja kadernya.
“Ada atau tidak (ada survei), kita sudah terbiasa melakukan evaluasi, itu kerja rutin tiap minggu. Partai juga ada mekanisme evaluasi bulanan dan tahunan,” kata Hidayat Nur Wahid usai menemui dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Rabu (17/10).
Hidayat menambahkan evaluasi terhadap internal partainya terus dilakukan dan tidak hanya menunggu dari hasil-hasil survei seperti dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Lembaga Survei Nasional (LSN). Pasalnya PKS sendiri juga melakukan survei internal sebagai bahan masukan secara objektif.
Selain itu, audit kinerja kader-kadernya juga kerap dilakukan secara rutin terutama kader yang menjadi anggota DPR. Audit tersebut bisa dalam bentuk bagaimana keaktifan kader di komisi masing-masing, bagaimana dalam membahas rancangan undang-undang dan bagaimana kehadirannya. “Itu kita selalu audit, itu tanggung jawab kami untuk selalu memperbaiki diri,” jelasnya.
Ia juga mengeritik survei-survei yang dilakukan beberapa lembaga survei belakangan ini. Menurutnya ada kesan untuk mendikotomi antara partai nasionalis dan agama. Padahal antara partai nasionalis dan agama saling bersinergi, bukannya partai agama tapi tidak nasionalis dan sebaliknya partai nasionalis tapi tidak agamis.
“Lagipula faktanya antara partai nasionalis dan Islam lebih banyak partai Islam yang dipercaya untuk lolos ke DPR. Pada Pemilu 2009, ada 29 partai nasionalis tapi yang lolos ke DPR hanya lima partai, tapi dari tujuh partai Islam yang lolos ada empat partai,” ungkapnya.